
Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran cerna—terutama lambung dan usus halus—yang memicu muntah, diare, kram perut, dan demam ringan. Di masyarakat Anda mungkin lebih sering mendengar istilah “gastro,” “stomach bug,” atau “stomach virus.”
Sebagian besar kasus disebabkan infeksi virus, tetapi bakteri, parasit, atau toksin makanan juga bisa menjadi biang keladinya.
Kabar baiknya: pada kebanyakan orang, penyakit ini sembuh sendiri dalam 1–3 hari dengan perawatan yang tepat di rumah. Kabar kurang baiknya: dehidrasi, terutama pada bayi dan lansia, dapat menjadi berbahaya bila terlambat ditangani.
Artikel ini merangkum apa yang perlu Anda tahu: penyebab (dan bagaimana menular), gejala khas, cara dokter menegakkan diagnosis, perawatan rumahan dan di fasilitas kesehatan, serta strategi pencegahannya. Di akhir, kami sertakan FAQ dan referensi ilmiah tepercaya.
Gambaran Singkat
- Masa inkubasi: mulai dari beberapa jam sampai 72 jam, tergantung patogen.
- Lama sakit: rata-rata 24–72 jam (virus), bisa lebih lama pada bakteri/parasit.
- Penularan: terutama fekal-oral (tangan–makanan–mulut), droplet aerosol saat muntah (terutama norovirus), makanan/minuman terkontaminasi, dan permukaan benda (fomit).
Penyebab: Bukan Hanya “Virus Lambung”
1) Virus (tersering)
- Norovirus – penyebab utama gastroenteritis akut lintas usia; sangat menular; sering memicu wabah di sekolah, kapal pesiar, panti wreda. Gejalanya dominan muntah hebat, diare berair, mual, dan kram perut.
- Rotavirus – dulu penyebab utama diare berat pada balita; kini menurun drastis berkat vaksin rotavirus.
- Lainnya: adenovirus (serotipe 41/52), sapovirus, astrovirus.
2) Bakteri
- Campylobacter jejuni, Salmonella non-tifoid, Shigella, enterotoksigenik E. coli (ETEC) pada diare pelancong, Vibrio parahaemolyticus (seafood mentah/setengah matang).
- Clostridioides difficile (C. difficile) – sering setelah antibiotik lama atau rawat inap; menyebabkan diare berat dan kolitis pseudomembranosa.
3) Parasit
- Giardia lamblia, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica – sumbernya air/ makanan terkontaminasi; diare bisa berkepanjangan, kembung, dan malabsorpsi.
4) Toksin dalam makanan (food poisoning)
- Staphylococcus aureus atau Bacillus cereus menghasilkan toksin pada makanan yang disimpan tidak benar. Onset sangat cepat (2–6 jam) dengan mual-muntah dominan, biasanya membaik dalam 24 jam.
Intinya: jenis patogen memengaruhi gejala dominan (muntah vs diare berdarah), kecepatan onset, dan lamanya sakit, sehingga membantu dokter menebak penyebabnya.
Bagaimana Patogen Menyebabkan Gejala?
- Norovirus/rotavirus merusak enterosit (sel penyerap) dan mengganggu kanal ion → usus mengeluarkan air & elektrolit → diare berair.
- ETEC menghasilkan enterotoksin (LT/ST) yang membuka saluran klorida → sekresi cairan masif.
- Shigella/EHEC (STEC) dapat menimbulkan diare berdarah karena invasi/efek toksin pada mukosa kolon; STEC bahkan dapat memicu hemolytic uremic syndrome (HUS).
- Giardia menempel di mukosa usus halus, mengganggu absorpsi lemak dan laktosa → diare kronik, perut kembung, penurunan berat badan.
Siapa yang Paling Berisiko?
- Balita (dehidrasi cepat), lansia, ibu hamil, dan imunokompromis (penyakit kronik, terapi imunosupresif).
- Penghuni panti/lapas, mahasiswa asrama, pembuat/penyaji makanan, pekerja daycare.
- Pelancong ke wilayah dengan sanitasi buruk.
Gejala: Kapan Harus Curiga?
- Khas: diare berair, muntah, mual, kram/nyeri perut, kembung; demam ringan dan sakit kepala sering menyertai.
- Tanda dehidrasi: sangat haus, mulut kering, urin pekat/berkurang, pusing, lemas. Pada bayi: fontanel cekung, menangis tanpa air mata, popok kering >6 jam.
- “Bendera merah” (butuh dokter segera):
- Darah pada tinja, demam tinggi ≥38,5°C, nyeri perut hebat menetap
- Muntah tak terkendali sehingga tak bisa minum
- Gejala >3 hari tanpa perbaikan, atau terjadi wabah di lingkungan Anda
- Riwayat penyakit ginjal, jantung, atau imun lemah
Diagnosis: Kapan Perlu Tes?
Sebagian besar gastroenteritis tidak memerlukan tes laboratorium—diagnosis cukup dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik. Tes dilakukan bila:
- Diare berdarah, demam tinggi, atau gejala berat/berkepanjangan (>7 hari).
- Kecurigaan dehidrasi sedang-berat, terhitung kasus wabah, atau pasien imunokompromis.
- Kecurigaan C. difficile (riwayat antibiotik / rawat inap).
Pemeriksaan yang Mungkin Diminta
- Panel PCR feses multipel patogen (cepat dan sensitif), atau kultur feses untuk bakteri spesifik.
- Antigen/ELISA untuk rotavirus/norovirus pada situasi wabah.
- Toksin/PCR C. difficile bila dicurigai.
- Ova & parasite (Giardia, Cryptosporidium) pada diare >2 minggu, paparan air rekreasi, atau pelancong.
- Elektrolit & fungsi ginjal jika ada dehidrasi moderat-berat.
Diferensial: apendisitis, kolitis iskemik, penyakit radang usus (IBD), intoleransi laktosa akut, pankreatitis, keracunan makanan non-infeksi, bahkan COVID-19 (varian yang menonjolkan gejala GI).
Penatalaksanaan: Yang Paling Penting adalah Rehidrasi
1) Rehidrasi dan Diet
- Oral Rehydration Solution (ORS) adalah terapi kunci. Formula WHO dengan osmolalitas rendah (Na⁺ 75 mmol/L + glukosa 75 mmol/L) terbukti menurunkan kebutuhan rawat inap dan mortalitas pada anak. Sediakan sedikit-sedikit tapi sering (misal 50–100 mL tiap 5–10 menit pada anak).
- Larutan rumah (air + gula + garam) bisa membantu bila ORS tidak tersedia, namun jaga proporsi (terlalu manis → memperberat diare).
- Makan seperti biasa secepat mungkin: nasi, kentang, pisang, sup bening, roti panggang. Hindari alkohol, kopi pekat, makanan tinggi lemak, pedas, dan sangat manis.
- Zinc pada anak (10–20 mg/hari selama 10–14 hari) mempercepat pemulihan dan menurunkan kekambuhan.
2) Obat Simptomatik
- Antiemetik: Ondansetron (dengan resep) membantu menghentikan muntah sehingga pasien bisa minum, terutama pada anak.
- Antidiare:
- Loperamide efektif pada diare tanpa darah & tanpa demam; hindari pada disentri atau dugaan kolitis invasif.
- Bismuth subsalicylate berguna untuk diare pelancong ringan.
- Probiotik (mis. Lactobacillus rhamnosus GG, Saccharomyces boulardii)—bukti beragam; bisa dipertimbangkan pada anak dan dewasa sehat, hindari pada pasien imunokompromis/kateter vena.
3) Antibiotik—Hanya Untuk Kasus Tertentu
- Diberikan pada: kolera, shigellosis berat, campylobacter berat/berkepanjangan (makrolida), diare pelancong moderat-berat (azithromycin di banyak wilayah).
- Jangan berikan pada dugaan STEC/EHEC (diare berdarah setelah daging setengah matang) karena risiko HUS meningkat.
- C. difficile memerlukan fidaxomicin atau vancomycin oral—ini penyakit berbeda dari “stomach bug” biasa.
Komplikasi yang Perlu Diantisipasi
- Dehidrasi & ketidakseimbangan elektrolit (hiponatremia/hipernatremia, hipokalemia) → lemas, kram, pingsan.
- Gagal ginjal akut pada dehidrasi berat.
- Keadaan pascainfeksi: laktose intolerance sementara, post-infectious IBS (perut kembung, nyeri, perubahan BAB berminggu-minggu), reactive arthritis (Salmonella, Shigella, Campylobacter), Guillain-Barré (Campylobacter).
- HUS pada STEC dan kolitis berat pada C. difficile.
Pencegahan: Kebiasaan Kecil, Dampak Besar
- Cuci tangan dengan sabun & air mengalir setidaknya 20 detik (lebih efektif daripada hand sanitizer untuk norovirus).
- Bersihkan permukaan yang terpapar muntahan/tinja dengan larutan klorin (pemutih) 1000–5000 ppm; cuci pakaian terkontaminasi dengan air panas.
- Keamanan pangan:
- Pisahkan makanan mentah & matang;
- Masak daging sesuai suhu aman;
- Dinginkan sisa makanan <2 jam setelah penyajian;
- Hindari seafood mentah bila ragu kebersihannya.
- Air minum aman: Rebus, gunakan filter/iodin saat hiking atau bepergian.
- Tinggal di rumah 48 jam setelah gejala berhenti (muntah/diare) bila Anda bekerja di dapur, daycare, atau fosilitas kesehatan.
- Vaksin:
- Vaksin rotavirus untuk bayi: bukti kuat menurunkan diare berat dan rawat inap.
- Vaksin kolera untuk pelancong berisiko / wilayah wabah. (Vaksin norovirus masih dalam pengembangan).
Kapan Harus ke IGD?
- Tanda dehidrasi berat: tidak berkemih >8 jam, pusing berat, mengantuk, bibir pecah-pecah, nadi cepat.
- Diare berdarah, demam tinggi, nyeri perut sangat berat, atau muntah terus menerus.
- Bayi <3 bulan dengan demam ≥38°C atau muntah/diare berulang.
- Lansia atau pasien dengan penyakit kronik yang memburuk.
FAQ
1) Apakah “stomach flu” sama dengan influenza?
Tidak. Influenza adalah infeksi saluran napas oleh virus influenza. “Stomach flu” hanyalah istilah awam untuk gastroenteritis, biasanya oleh norovirus/rotavirus.
2) Apakah antibiotik membantu?
Pada mayoritas kasus tidak, karena virus adalah penyebab tersering. Antibiotik hanya untuk patogen tertentu (lihat di atas) sesuai evaluasi medis.
3) Bolehkah minum susu saat diare?
Boleh jika toleran. Namun sebagian orang mengalami intoleransi laktosa sementara pascainfeksi. Pilih susu rendah laktosa atau tunda sementara jika kembung bertambah.
4) Apakah cairan olahraga (isotonik) cukup menggantikan ORS?
Tidak ideal. ORS memiliki komposisi natrium-glukosa yang dirancang untuk absorpsi usus maksimal. Minuman isotonik biasanya kurang natrium dan terlalu manis.
5) Anak saya muntah terus, tidak bisa minum. Apa yang harus dilakukan?
Coba tetesan kecil tiap 5 menit (sendok/angat). Bila tetap muntah atau tampak dehidrasi, segera ke fasilitas kesehatan—mungkin membutuhkan ondansetron dan rehidrasi intravena.
6) Apakah probiotik wajib?
Tidak wajib. Beberapa strain mungkin mempersingkat durasi, tetapi bukti tidak konsisten; konsultasikan dengan dokter, terutama pada pasien imun lemah.
7) Berapa lama norovirus menular?
Paling menular saat gejala dan hingga 48 jam setelah gejala berhenti; virus dapat tetap keluar lewat feses hingga 2 minggu—tetap disiplin kebersihan.
8) Bagaimana membedakan food poisoning praformed toxin vs virus?
Jika onset sangat cepat (2–6 jam setelah santap), muntah dominan, dan banyak orang yang makan menu sama ikut sakit, curigai toksin Staph/Bacillus. Virus biasanya inkubasi >12 jam.
9) Apakah semua diare perlu obat penghenti BAB?
Tidak. Pada infeksi invasif/darah, loperamide malah berisiko memperlama penyakit. Fokus utama tetap rehidrasi. 10) Anak saya sudah divaksin rotavirus—apakah masih bisa diare berat?
Bisa, tetapi vaksin secara signifikan mengurangi risiko diare berat dan rawat inap.
Referensi
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Norovirus: Clinical Overview; Viral Gastroenteritis (akses pedoman klinis & pencegahan).
- World Health Organization (WHO). Diarrhoeal disease; Oral Rehydration Salts: Production of the New ORS.
- Riddle, M. S., DuPont, H. L., Connor, B. A. ACG Clinical Guideline: Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. Am J Gastroenterol 2016.
- Shane, A. L., et al. IDSA 2017 Clinical Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Infectious Diarrhea. Clin Infect Dis 2017.
- Freedman, S. B., et al. ** Ondansetron and Oral Rehydration Therapy in Pediatric Gastroenteritis**. N Engl J Med 2011.
- Guarino, A., et al. European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) guidelines for acute gastroenteritis in children. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2014/2018 update.
- Allen, S. J., et al. Probiotics for treating acute infectious diarrhoea. Cochrane Review (update berkala).
- Lessa, F. C., et al. C. difficile infection. N Engl J Med 2015 (ringkasan terapi terbaru mengacu pedoman IDSA/SHEA).
Intinya
Sebagian besar “stomach bug” akan sembuh sendiri. Fokuskan perawatan pada rehidrasi, kebersihan tangan, dan makanan ringan sampai pulih. Waspadai tanda bahaya—terutama pada bayi, lansia, dan penderita penyakit kronik—dan jangan ragu ke dokter bila gejala berat atau berkepanjangan. Dengan kebiasaan pencegahan yang konsisten, kita bisa memutus rantai penularan dan menghindari wabah di rumah maupun tempat kerja.