
Dispepsia adalah kondisi umum yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri di perut bagian atas, sering kali disertai kembung, cepat kenyang, dan mual. Dispepsia dapat mengganggu kualitas hidup, tetapi dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, gejala dapat dikelola secara efektif.
Apa Itu Dispepsia?
- Nyeri atau terbakar di ulu hati
- Rasa penuh (early satiety)
- Kembung (bloating)
- Mual dan terkadang muntah
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis:
- Dispepsia Organik: Ditemukan kelainan struktural/alasan organik—misalnya tukak lambung, gastritis, atau kanker lambung.
- Dispepsia Fungsional: Tidak terdeteksi kelainan organik lewat endoskopi; penderitanya tetap merasakan gejala kronis tanpa sebab yang jelas.
Epidemiologi dan Faktor Risiko
- Prevalensi: Sekitar 20–40% populasi dewasa mengalami dispepsia setidaknya sekali seumur hidup .
- Predisposisi:
- Usia: Meningkat setelah 40 tahun
- Jenis kelamin: Sedikit lebih umum pada wanita
- Infeksi Helicobacter pylori
- Konsumsi OAINS (aspirin, ibuprofen)
- Stres psikososial
- Diet tinggi lemak/spicy
Patofisiologi Dispepsia Fungsional
Gangguan Motilitas Gastrointestinal
- Perlambatan pengosongan lambung → rasa penuh dan mual
- Peningkatan sensitivitas dinding lambung (visceral hypersensitivity)
Disfungsi Komunikasi Otak–Usus
- Stres dan kecemasan dapat mempengaruhi sinyal antara sistem saraf pusat dan usus, memperburuk persepsi nyeri.
Peran H. pylori
- Pada sebagian penderitanya, infeksi H. pylori memperparah dispepsia; eradikasi bakteri dapat meredakan gejala pada kasus tertentu .
Gejala Klinis
- Nyeri ulu hati: Tumpul atau terbakar, bisa menjalar ke punggung.
- Early satiety: Cepat merasa kenyang, makan hanya sedikit.
- Kembung: Perut terasa penuh dan mengembang.
- Mual/muntah: Kadang disertai rasa pahit di mulut.
- Regurgitasi: Mual akibat naiknya isi lambung.
Jika disertai gejala alarm—seperti penurunan berat badan drastis, muntah darah, BAB hitam, atau anemia—harus dicurigai kondisi serius dan memerlukan evaluasi cepat.
Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
- Riwayat gejala: durasi, faktor pemicu, pergantian berat badan.
- Pemeriksaan abdomen mencari tanda peritonitis atau massa.
Endoskopi Esofago‑Gastro‑Duodenum (EGD)
- Indikasi: Gejala alarm atau >55 tahun onset baru.
- Tujuan: Mendapatkan biopsi, menyingkirkan tukak, gastritis atrofi, atau kanker.
Pemeriksaan Penunjang
- Tes H. pylori: Urea breath test atau antigen feses.
- Ultrasonografi Abdomen: Menilai batu empedu atau pankreatitis.
- Laboratorium: CBC, fungsi hati, amilase/lipase jika dicurigai pankreatitis.
Pengelolaan dan Pengobatan
Terapi Farmakologis
1. Proton Pump Inhibitor (PPI)
Omeprazole, lansoprazole 20–40 mg/hari selama 4–8 minggu.
Meredakan heartburn dan meningkatkan penyembuhan mukosa.
2. H2‑Receptor Antagonist
Ranitidine/famotidine sebagai alternatif PPI.
3. Prokinetik
Metoklopramid, domperidone untuk mempercepat pengosongan lambung.
4. Antasida dan Suplemen Pelindung
Sukralfat atau zinc‑L‑carnosine membantu lapisan mukosa.
5. Eradikasi H. pylori
Regimen triple therapy (PPI + dua antibiotik) bila infeksi terkonfirmasi.
Modifikasi Pola Makan & Gaya Hidup
- Diet Lambung-Friendly:
- Porsi kecil & sering (5–6× sehari)
- Hindari pedas, asam, gorengan, kafein, dan alkohol
- Teknik Relaksasi: Reduksi stres dengan meditasi dan latihan pernapasan.
- Posisi Tidur: Tinggikan kepala 10–15 cm untuk mencegah refluks malam.
- Aktivitas Fisik Ringan: Jalan kaki singkat setelah makan membantu motilitas.
Perawatan Jangka Panjang
- Monitoring gejala: Catat frekuensi dan intensitas.
- Evaluasi ulang jika tidak ada perbaikan setelah 8 minggu terapi standar.
- Pertimbangkan psikoterapi: Pada pasien dengan komponen stres dominan.
FAQ Seputar Dispepsia
- Apakah dispepsia bisa sembuh total? – Dispepsia fungsional dapat diobati sehingga gejala terkendali, meski beberapa pasien memiliki gejala kambuhan.
- Berapa lama harus minum PPI? – Standar 4–8 minggu, tergantung respons dan temuan endoskopi.
- Apakah diet saja cukup? – Diet membantu, tetapi kombinasi obat dan modifikasi gaya hidup optimal.
- Kapan harus endoskopi? – Gejala berlangsung >4–8 minggu, onset >55 tahun, atau gejala alarm.
- Bisakah probiotik membantu? – Beberapa studi menyarankan probiotik dapat memperbaiki motilitas dan mikrobioma, namun bukti masih terbatas .
Referensi
- Talley, N. J., & Ford, A. C. (2004). Functional Dyspepsia. New England Journal of Medicine.
- Wauters, L., et al. (2014). Mechanisms of functional dyspepsia. Neurogastroenterology & Motility.
- Moayyedi, P., et al. (2017). Helicobacter pylori eradication and dyspepsia. The Lancet.
- Laine, L., et al. (2018). PPI safety review. American Journal of Gastroenterology.
- Triantafyllou, K., et al. (2018). Probiotics in functional dyspepsia. Journal of Gastroenterology and Hepatology Research.
Dengan pemahaman yang tepat tentang dispepsia, Anda dapat bekerja sama dengan tenaga medis untuk diagnosis dini dan rencana terapi yang disesuaikan, sehingga gejala dapat dikelola dan kualitas hidup meningkat.