
Polip lambung adalah tonjolan jinak pada lapisan (mukosa) lambung yang paling sering ditemukan secara kebetulan saat endoskopi. Jenis tersering:
- Fundic gland polyp (FGP) – sering berkaitan dengan pemakaian PPI lama dan jarang berpotensi kanker bila sporadis; risiko meningkat pada sindrom herediter (mis. FAP/GAPPS).
- Polip hiperplastik – berhubungan dengan gastritis kronik, terutama Helicobacter pylori (H. pylori)/autoimun; dapat menghilang setelah eradikasi H. pylori; risiko ganasnya kecil tapi nyata (≈0,6–4,5%).
- Adenoma – pra-kanker; harus direseksi dan disurveilans.
Pedoman mutakhir menyarankan: reseksi adenoma, reseksi/biopsi polip hiperplastik >10 mm, dan tidak biopsi rutin FGP (kecuali ada ciri atipikal/ukuran besar).
Apa itu polip lambung? (dibedah singkat per jenis)
1) Fundic gland polyp (FGP)
- Di mana & mengapa muncul? Umumnya di fundus/korpus. Banyak kasus sporadis dikaitkan dengan pemakaian PPI jangka panjang (hipergastrinemia → hiperplasia kelenjar fundik). Infeksi H. pylori cenderung berkebalikan dengan FGP (semakin jarang FGP bila ada H. pylori).
- Risiko keganasan? Sangat rendah bila sporadis; lebih tinggi pada FAP/GAPPS (polyposis herediter) atau bila ada displasia. Menghentikan/menurunkan PPI kadang membuat FGP mengecil/regresi.
2) Polip hiperplastik
- Latar belakang: terjadi pada mukosa dengan radang kronik (sering karena H. pylori atau gastritis autoimun). Banyak studi menunjukkan regresi besar setelah eradikasi H. pylori.
- Risiko: kecil namun ada untuk displasia/karsinoma, terutama bila >1 cm, bertangkai/permukaan erosi, anemia, atau ada gastritis atrofi/autoimun di sekitarnya.
3) Adenoma (polip neoplastik)
Jenis lain yang lebih jarang: hamartomatous (Peutz–Jeghers, PTEN/juvenile polyposis), mesenkimal (mis. GIST, inflammatory fibroid polyp)—ditangani sesuai entitas masing-masing.
Gejala
Kebanyakan tanpa gejala. Bila ada, berupa nyeri ulu hati, mual, atau anemia akibat perdarahan mikro. Polip besar dekat pilorus dapat menyebabkan penuh/muntah (obstruksi). (Praktik klinis & tinjauan rumah sakit akademik).
Bagaimana menegakkan diagnosis?
- Endoskopi (EGD) menilai lokasi, jumlah, ukuran, morfologi; keputusan biopsi/reseksi mengikuti jenis & risiko.
- Kebijakan pengambilan jaringan berbasis pedoman (ESGE 2021):
- Adenoma → biopsi atau reseksi endoskopik (bila dapat direseksi).
- Polip hiperplastik >10 mm → biopsi/reseksi.
- FGP → tidak perlu biopsi standar (kecuali ada ciri mencurigakan/ukuran besar).
- Evaluasi latar mukosa: cari H. pylori (uji & eradikasi), atrofi/metaplasia, atau gastritis autoimun (bila dicurigai). Pada polip banyak/“carpeting” atau ada displasia, nilai sindrom poliposis (mis. FAP/GAPPS).
Penanggulangan (tatalaksana) yang rasional
A. Fundic gland polyp (FGP)
- Kapan tidak diapa-apakan? FGP kecil (<10 mm), sedikit (<20), sporadis → tidak perlu reseksi; lanjutkan PPI bila indikasi kuat (GERD erosif, Barrett’s, dsb).
- Kapan “hentikan/kurangi PPI”? Jika banyak (≥20), diameter >1 cm, atau “karpet” polip, pertimbangkan menurunkan/menghentikan PPI bila klinis memungkinkan; sebagian FGP regresi. Evaluasi FAP/GAPPS bila polip sangat banyak atau ada displasia.
B. Polip hiperplastik
- Reseksi bila: ≥10 mm, bertangkai/permukaan erosi, perdarahan, atau mencurigakan. Pertimbangkan kontrol endoskopi untuk memastikan respons bila sebelumnya besar atau ada faktor risiko.
C. Adenoma
- Reseksi endoskopik (EMR/ESD) lengkap + biopsi mukosa sekitar;
- Surveilans: endoskopi 1 tahun setelah reseksi, kemudian setiap 3–5 tahun (menurut bukti ASGE).
Catatan penting: Polip adalah label morfologis—histologi yang menentukan risiko. Karena itu, keputusan biopsi/reseksi harus dipersonalisasi oleh dokter endoskopis.
Pencegahan: apa yang bisa kita lakukan?
- Gunakan PPI sesuai indikasi/dosis efektif terendah; evaluasi berkala kebutuhan PPI jangka panjang untuk menekan pembentukan FGP yang tidak perlu. (FGP terkait PPI umumnya jinak dan dapat regresi setelah penghentian).
- Gaya hidup lambung-sehat: berhenti merokok, batasi alkohol, atur berat badan—bukan spesifik mencegah polip, tetapi memperbaiki kesehatan mukosa dan menurunkan komorbid GERD/gastritis (sasaran umum).
Pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQ)
1) Apakah semua polip lambung berbahaya?
Tidak. FGP sporadis hampir selalu jinak. Polip hiperplastik punya risiko kecil berubah ganas dan sering regresi setelah eradikasi H. pylori. Adenoma adalah pra-kanker dan harus direseksi.
2) Saya minum PPI lama; apakah harus langsung berhenti karena ada FGP?
Tidak otomatis. Jika polipnya sedikit & kecil, dan PPI dibutuhkan, boleh diteruskan. Pertimbangkan turunkan/stop bila polip banyak (≥20), >1 cm, atau tampak karpet—diskusikan bersama dokter.
3) Benarkah menghilangkan H. pylori bisa “mengempiskan” polip?
Ya—banyak polip hiperplastik mengecil/hilang setelah eradikasi H. pylori; ini didukung meta-analisis dan uji teracak.
4) Apakah FGP bisa jadi kanker?
Sangat jarang bila sporadis. Risiko naik pada FAP/GAPPS atau bila ada displasia—maka evaluasi genetik/keluarga dipertimbangkan bila jumlahnya sangat banyak atau ada temuan atipikal.
5) Kalau adenoma sudah diangkat, apakah selesai?
Belum; Anda perlu kontrol endoskopi ±1 tahun kemudian, lalu 3–5 tahun sesuai hasil histologi dan faktor risiko.
6) Apakah perlu biopsi semua polip?
Tidak. ESGE menyarankan tidak biopsi rutin FGP, reseksi/biopsi untuk adenoma dan polip hiperplastik >10 mm atau yang mencurigakan. Keputusan akhir mengikuti temuan endoskopi individual
Kesimpulan
“Polip lambung” bukan satu penyakit—tipe histologinya menentukan risiko dan tata laksana. FGP sporadis lazim dan umumnya jinak (terkait PPI); polip hiperplastik sering hilang setelah eradikasi H. pylori namun membawa risiko kecil neoplasia; adenoma adalah pra-kanker yang harus direseksi dan disurveilans. Strategi praktis yang berdampak:
- Uji & obati H. pylori,
- Gunakan PPI secara tepat (evaluasi kebutuhan jangka panjang),
- Biopsi/reseksi selektif mengikuti pedoman,
- Pertimbangkan sindrom herediter bila polipnya banyak/atipikal,
- Rencanakan surveilans setelah adenoma direseksi.
Dengan pendekatan ini, sebagian besar pasien aman, terhindar dari prosedur yang tidak perlu, dan mendapat deteksi dini bila ada lesi berisiko.
Rujukan ilmiah (tanpa tautan langsung)
Catatan: keputusan klinis akhir harus mempertimbangkan kondisi dan preferensi pasien, serta keahlian fasilitas endoskopi setempat.