
Helicobacter pylori (H. pylori) adalah bakteri gram-negatif berbentuk spiral yang mengkolonisasi mukosa lambung manusia. Sejak ditemukan pada tahun 1982 oleh Barry Marshall dan Robin Warren—yang meraih Nobel pada 2005—H. pylori telah diakui sebagai penyebab utama gastritis kronis, tukak peptikum, dan faktor risiko kanker lambung.
1. Biologi & Epidemiologi
- Morfologi: Bakteri berbentuk spiral dengan beberapa flagela di satu ujung, memungkinkan motilitas melalui lapisan mukus lambung.
- Prevalensi: Sekitar 50 % populasi global terinfeksi; angka lebih tinggi (60–80 %) di negara berkembang dan daerah dengan sanitasi rendah .
- Penularan: Diduga lewat rute oral-oral atau feko-oral, terutama dalam keluarga dan komunitas yang padat.
2. Patogenesis & Faktor Virulensi
- Adhesi Mukosa:
- Urease yang diproduksi H. pylori memecah urea menjadi amonia, menetralkan asam di sekitarnya dan memungkinkan kolonisasi.
- Protein adhesin (BabA, SabA) menempel pada sel epitel lambung .
- Inflamasi Kronis:
- Sitotoksin (VacA) dan genotoksin (CagA) memicu respon inflamasi: pelepasan IL-8, TNF-α, dan NOS → kerusakan mukosa.
- Alterasi Asam:
- Infeksi antrum meningkatkan gastrin dan asam, sedangkan infeksi korpus menurunkan asam → pola gastritis multifokal.
- Risiko Neoplasia:
- Peradangan kronis → atrofi mukosa → metaplasia → dysplasia → adenokarsinoma lambung .
3. Manifestasi Klinis
- Gastritis Kronis: Nyeri ulu hati tumpul, mual, kembung.
- Tukak Peptikum: Nyeri tajam 1–3 jam setelah makan (duodenum) atau saat kosong (lambung).
- Gastric MALT Lymphoma: Kanker limfosit mukosa-terasosiasi, responsif terhadap eradikasi H. pylori.
- Asimtomatik: Banyak pembawa tanpa keluhan, terdiagnosis saat skrining.
4. Diagnosis
1. Non-Invasif:
Urea Breath Test (UBT): Sensitivitas > 95 %, spesifisitas > 95 % .
Antigen Feses: Praktis, akurat untuk follow-up.
Serologi: Deteksi IgG; kurang berguna pasca-eradikasi.
2. Invasif (Endoskopi):
Rapid Urease Test (RUT): Hiutam mukosa dalam biakan cepat.
Histologi & PCR: Untuk patogen spesifik dan resistensi antibiotik.
5. Terapi Eradikasi
5.1 Regimen Standard Triple Therapy
- PPI (omeprazole 20 mg BID) + Clarithromycin (500 mg BID) + Amoxicillin (1 g BID) selama 14 hari .
- Efikasi 70–85 %; menurun di daerah resistensi clarithromycin tinggi (> 15 %).
5.2 Regimen Alternatif
- Quadruple Therapy (PPI + bismuth + tetracycline + metronidazole)
- Concomitant Therapy (PPI + amoxicillin + clarithromycin + metronidazole)
- Levofloxacin-based Therapy untuk kegagalan awal.
5.3 Verifikasi Eradikasi
- UBT atau antigen feses 4–8 minggu pasca-therapy—jangan pakai serologi.
6. Pencegahan
- Perbaikan Sanitasi: Air bersih, cuci tangan.
- Menghindari Berbagi Alat Makan: Kurangi transmisi oral-oral.
- Skrining Keluarga: Khususnya di area endemik atau riwayat kanker lambung.
7. Komplikasi Tanpa Terapi
- Tukak penyakit berulang
- Perdarahan saluran cerna atas
- Perforasi ulkus
- Gastric adenocarcinoma
- MALT lymphoma
8. FAQ (Pertanyaan Umum)
1. Apakah H. pylori berbahaya jika tanpa gejala?
Infeksi tanpa gejala tetap berisiko jangka panjang (atrofi, kanker); terapi pertimbangan berdasarkan usia, riwayat keluarga kanker lambung, dan ulkus .
2. Bagaimana memastikan eradikasi berhasil?
UBT atau antigen feses 4–8 minggu setelah terapi—serologi tidak dianjurkan.
3. Apa efek samping terapi triple?
Mual, diare, logori; prebiotik atau probiotic dapat membantu.
4. Bolehkah anak-anak diobati?
Ya, dosis antibiotik dan PPI disesuaikan berat badan; prioritas pada tukak peptikum atau MALT lymphoma.
5. Apakah eradikasi mencegah kanker lambung?
Menurunkan risiko, terutama bila dilakukan sebelum metaplasia maju .
Referensi
- Malfertheiner, P., Megraud, F., O’Morain, C. A., et al. (2008). Management of Helicobacter pylori infection—the Maastricht III Consensus Report. Gut, 56(6), 772–781.
- Yamaoka, Y. (2008). Mechanisms of disease: Helicobacter pylori virulence factors. Nature Reviews Gastroenterology & Hepatology, 5(11), 629–641.
- Wroblewski, L. E., Peek, R. M. Jr., Wilson, K. T. (2010). Helicobacter pylori and gastric cancer: factors that modulate disease risk. Clinical Microbiology Reviews, 23(4), 713–739.
- Perez-Perez, G. I., et al. (1997). Evaluation of a 13C-urea breath test in children. The Journal of Pediatrics, 131(4), 544–548.
- Chey, W. D., & Wong, B. C. Y. (2007). American College of Gastroenterology guideline on the management of Helicobacter pylori infection. American Journal of Gastroenterology, 102(8), 1808–1825.
Dengan pemahaman yang baik tentang biologi, diagnosis, dan penatalaksanaan Helicobacter pylori, Anda dapat mengambil langkah tepat—baik klinis maupun preventif—menurunkan risiko komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup.