
Ulkus peptikum, yang mencakup tukak lambung dan tukak duodenum, adalah luka terbuka pada lapisan mukosa saluran pencernaan bagian atas. Luka ini dapat menembus submukosa hingga otot, menimbulkan nyeri, perdarahan, dan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini membahas tuntas:
- Definisi & Epidemiologi
- Patofisiologi & Etiologi
- Faktor Risiko
- Gejala Klinis
- Diagnosis
- Pengobatan & Manajemen
- Pencegahan & Gaya Hidup
- Komplikasi
- FAQ
- Referensi
Definisi & Epidemiologi
Ulkus peptikum adalah luka terbuka pada mukosa lambung (gastric ulcer) atau duodenum (duodenal ulcer) akibat ketidakseimbangan agresor (asam lambung, pepsin) dan pertahanan mukosa (mukus, bikarbonat, aliran darah) .
- Prevalensi global: 5–10 % untuk tukak duodenum, 1–3 % untuk tukak lambung.
- Prevalensi Indonesia: diperkirakan 7–12 % populasi dewasa mengalami ulkus peptikum setidaknya sekali seumur hidup.
Angka kejadian menurun sejak dekade 1990-an berkat terapi eradikasi Helicobacter pylori dan penggunaan PPI, namun masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara berkembang.
2. Patofisiologi & Etiologi
2.1 Patofisiologi
Ulkus muncul bila terjadi ketidakseimbangan antara:
- Agresor: asam lambung (HCl), pepsin, H. pylori, OAINS
- Pelindung: lapisan mukus, bikarbonat, prostaglandin, aliran darah mukosa
Saat faktor agresor dominan, mukosa tererosi, pembuluh darah kecil terbuka, dan terbentuk luka.
2.2 Etiologi Utama
- Infeksi Helicobacter pylori
- Melekat pada mukosa, menghasilkan urease → alkalinisasi lokal → kerusakan sel
- Terbukti pada 70–90 % tukak duodenum dan 50–70 % tukak lambung .
- Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)
- Aspirin, ibuprofen, naproksen menurunkan prostaglandin pelindung (COX-1 inhibition) .
- Risiko ulkus meningkat seiring dosis dan durasi OAINS.
- Faktor Lain
- Merokok (mengurangi aliran darah mukosa)
- Alkohol (iritasi langsung)
- Stres berat/fisik (stress ulcer pada pasien kritis)
- Kortikosteroid + OAINS (efek sinergis)
3. Faktor Risiko
4. Gejala Klinis
- Nyeri Ulu Hati: Tajam, menusuk, sering 1–3 jam setelah makan (tukak duodenum) atau saat perut kosong (tukak lambung).
- Mual / Muntah: Kadang mengandung darah (hematemesis).
- Melena: BAB hitam (tanda perdarahan saluran cerna atas).
- Anemia: Kelelahan, pucat akibat perdarahan kronis.
- Early Satiety & Kembung: Terasa penuh cepat, perut kembung ringan.
Sebagian kecil pasien mungkin asimtomatik dan terdiagnosis saat komplikasi.
5. Diagnosis
5.1 Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
- Riwayat NSAID, gejala, kebiasaan merokok/alcohol
- Tanda vital, palpasio abdomen, tanda perdarahan
5.2 Endoskopi Esofago‑Gastro‑Duodenum (EGD)
- Gold‑standard: Visualisasi luka, biopsi untuk menyingkirkan keganasan.
- LA-Grade: Klasifikasi esofagitis jika GERD tumpang tindih.
5.3 Tes H. pylori
- Urea breath test atau antigen feses untuk skrining non-invasif.
- Biopsi selama endoskopi bila perlu.
5.4 Laboratorium
- CBC: Anemia → perdarahan kronis.
- Fungsi ginjal/hati: Sebelum OAINS atau terapi berat.
6. Pengobatan & Manajemen
6.1 Eradikasi Helicobacter pylori
- Triple Therapy: PPI + clarithromycin + amoxicillin/metronidazole selama 10–14 hari .
- Quadruple Therapy (jika resistensi): PPI + bismuth + tetracycline + metronidazole.
6.2 Terapi Penurun Asam
6.3 Pelindung Mukosa
- Sukralfat: Menempel pada luka → proteksi mekanik.
- Zinc‑L‑Carnosine: Meningkatkan EGF/TGF‑α, mempercepat penyembuhan .
6.4 Manajemen OAINS
- Hindari jika mungkin, gunakan parasetamol
- Jika perlu: PPI profilaksis + OAINS dosis rendah
7. Pencegahan & Gaya Hidup
- Berhenti Merokok & Batasi Alkohol
- Hindari NSAID Long‑Term: Gunakan alternatif bila perlu
- Diet Lambung‑Friendly:
Porsi kecil & sering
Hindari pedas/asam/berlemak tinggi
4. Atur Stres: Olahraga ringan, meditasi
5. Pengkajian Ulang: Tes H. pylori pasca-terapi, endoskopi ulang bila gejala berlanjut
8. Komplikasi
- Perforasi: Darurat bedah
- Perdarahan Masif: Endoskopi terapeutik
- Striktur / Penyempitan: Dilatasi endoskopi
- Gastric Outlet Obstruction: Obstruksi di pilorus
- Kanker Lambung: Pada ulkus gastric resistent
9. FAQ (Pertanyaan Umum)
1. Berapa lama ulkus peptikum sembuh?
- Rata-rata 6–8 minggu terapi PPI plus eradikasi H. pylori.
2. Bisakah ulkus kambuh?
- Ya, terutama jika H. pylori tidak tereradikasi atau OAINS terus digunakan.
3. Apakah suplemen herbal bantu penyembuhan?
- Zinc‑L‑Carnosine dan DGL terbukti mendukung regenerasi mukosa, namun harus dikombinasi dengan terapi medis standar .
4. Kapan harus operasi?
- Hanya jika terjadi perforasi, perdarahan tak terkontrol, atau keganasan.
5. Bagaimana mencegah ulkus pada pengguna OAINS?
- Gunakan PPI profilaksis dan dosis OAINS serendah mungkin.
10. Referensi
- Laine, L., Yang, H., Chang, S. C., Datto, C., & Caro, J. J. (2018). Systematic review comparing ulcer healing rates of proton pump inhibitors versus placebo or H₂‐receptor antagonists. American Journal of Gastroenterology, 113(4), 497–507.
- Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900–1920.
- Watanabe, T., et al. (1998). Zinc‑L‑carnosine accelerates healing of gastric ulcers in rats. Digestive Diseases and Sciences, 43(6), 1129–1133.
Dengan pemahaman komprehensif ini, pasien dan tenaga medis dapat bekerja sama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah ulkus peptikum secara efektif.
Artikel terkait: