
Kanker lambung (gastric cancer) adalah keganasan yang bermula dari sel-sel mukosa lambung. Meskipun insidennya menurun di beberapa negara, kanker lambung tetap menjadi penyebab kematian kanker terbanyak kelima global.
Pemahaman tentang penyebab, faktor risiko, dan langkah pencegahan sangat penting, terutama bagi pembaca usia 30 tahun ke atas yang peduli kesehatan.
Patogenesis dan Klasifikasi
Kanker lambung mayoritas adalah adenokarsinoma (95 %) yang berkembang perlahan dari perubahan mukosa gastrik normal → gastritis kronis → atrofi → metaplasia intestinal → displasia → karsinoma . Klasifikasi utama
- Lauren Classification:
- Intestinal type: Sel membentuk kelenjar; terkait infeksi H. pylori dan diet; lebih umum pada pria dan usia lebih tua.
- Diffuse type: Sel buruk terorganisasi, menyebar luas; sering pada usia lebih muda, prognosis lebih buruk.
- Lokasi:
- Cardia (proksimal) semakin meningkat di Barat → faktor obesitas dan GERD.
Penyebab Utama
1. Infeksi Helicobacter pylori
Patogen IARC Kelas I karcinogenik.
Memicu inflamasi kronis, atrofi, dan metaplasia → risiko adenokarsinoma distal meningkat 3–6× .
2. Diet
Makanan tinggi garam/pengawet (ikan asin, acar): merusak mukosa dan meningkatkan nitrosamin endogen.
Kurang buah & sayur: Antioksidan rendah memperparah kerusakan oksidatif.
3. Merokok & Alkohol
Rokok meningkatkan risiko hingga 1.5–2×.
Konsumsi berat alkohol bersifat karsinogenik melalui aksi etanol dan metabolitnya.
4. Faktor Genetik & Riwayat Keluarga
Sindrom hereditas langka: familial diffuse gastric cancer (CDH1 mutation).
Riwayat keluarga first-degree meningkatkan risiko 2–3×.
5. Obesitas & GERD (khusus cardia)
Faktor Risiko Lain
- Usia: Insidensi meningkat pada >60 tahun.
- Jenis Kelamin: Pria>wanita (2:1 untuk tipe intestinal).
- Anemia Pernisiosa & Gastritis Autoimun: Atrofi kelenjar → metaplasia.
- Paparan Zat Karsinogenik: Industri logam berat, asap rokok pasif.
Gejala Klinik
- Awal sering samar: dispepsia, nyeri ulu hati ringan, anoreksia.
- Lanjut:
- Penurunan berat badan tanpa sebab
- Rasa penuh cepat (early satiety)
- Mual/muntah (kadang darah)
- Disfagia (khusus cardia)
- Perdarahan saluran cerna atas → melena atau hematemesis
Karena gejala awal tidak spesifik, deteksi dini menantang dan banyak pasien baru terdiagnosis stadium lanjut.
Diagnosis
1. Endoskopi Esofago-Gastro-Duodenum (EGD)
Gold-standard: visualisasi lesi, biopsi untuk histologi.
2. Pencitraan
CT Scan Abdomen & Toraks: Staging lokal dan metastasis.
Endoscopic Ultrasound (EUS): Menilai kedalaman invasi dan keterlibatan kelenjar getah bening.
3. Laboratorium
Hb & hematokrit (anemia), LFT (metastasis hati), CEA/CA 19-9 kadang terangkat.
Penatalaksanaan
1. Bedah Kuratif
- Gastrektomi subtotal (non-cardia) atau total (cardia/diffuse), plus limfadenektomi D2.
- Endoscopic Resection (EMR/ESD) untuk lesi early gastric cancer intramukosa <2 cm tanpa nodulasi.
2. Kemoterapi & Radioterapi
- Neoadjuvan (pre-op) pada stadium lokal lanjut meningkatkan R0 resection.
- Adjuvan pasca-bedah untuk menurunkan risiko residu mikroskopik.
- Regimen: FOLFOX, CAPOX, S-1 tunggal.
3. Terapi Target & Imunoterapi
- Trastuzumab untuk HER2+ (sekitar 15–20 % kasus).
- Pembrolizumab pada PD-L1 tinggi atau MSI-high.
Prognosis & Pencegahan
- Prognosis sangat bergantung stadium: 5-year survival >90 % (stadium I), <20 % (stadium IV).
- Skrining populasi tinggi (Jepang, Korea): endoskopi massal menurunkan mortalitas hingga 30 %.
- Pencegahan primer: Eradikasi H. pylori, promosi diet sehat, penghentian merokok, kontrol obesitas.
FAQ
- Apakah vaksin H. pylori tersedia? – Belum; upaya riset berlangsung, namun belum ada vaksin klinis.
- Kapan perlu endoskopi untuk deteksi dini? – Pada dispepsia persisten >2 minggu usia >50 tahun atau gejala alarm (anemia, penurunan berat badan).
- Apakah pengobatan H. pylori menurunkan risiko kanker? – Ya—eradikasi dini mengurangi risiko sekitar 40–50 % untuk tipe non-cardia .
- Bagaimana mendukung pemulihan pasca-gastrektomi? – Nutrisi enteral, suplemen vitamin B12, dan rehabilitasi fisik.
- Apakah diet khusus dianjurkan penderita gastric cancer? – Diet tinggi protein, rendah garam/pengawet; makan sering porsi kecil.
Referensi
- Smyth, E. C., Nilsson, M., Grabsch, H. I., van Grieken, N. C., & Lordick, F. (2020). Gastric cancer. Lancet, 396(10251), 635–648.
- Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of GERD. American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900–1920.
- Herrera, V., & Parsonnet, J. (2011). Helicobacter pylori and gastric adenocarcinoma. Clinical Microbiology Reviews, 24(3), 636–655.
- Malfertheiner, P., et al. (2017). Management of Helicobacter pylori infection—the Maastricht V/Florence Consensus Report. Gut, 66(1), 6–30.
- Wroblewski, L. E., Peek, R. M. Jr., & Wilson, K. T. (2010). Helicobacter pylori and gastric cancer: factors that modulate disease risk. Clinical Microbiology Reviews, 23(4), 713–739.