
Licorice (akar manis; Glycyrrhiza glabra) kerap digunakan untuk keluhan “maag”/dispepsia. Ada sinyal manfaat pada sebagian kondisi pencernaan—terutama dispepsia fungsional dan sebagai tambahan terapi Helicobacter pylori—tetapi bukan pengganti terapi baku.
Bagian glisirizin pada licorice dapat menimbulkan efek samping serius (hipertensi, hipokalemia). Karena itu, bila ingin mencoba, pilih ekstrak rendah glisirizin/DGL, gunakan jangka pendek, dan hindari pada penderita penyakit tertentu atau pengguna obat tertentu.
Apa itu licorice & bagaimana cara kerjanya?
Akar licorice mengandung flavonoid (mis. glabridin, licochalcone) dan triterpenoid (glisirizin). Senyawa-senyawanya menunjukkan aktivitas anti-inflamasi, antimikroba, dan modulator mukosa di saluran cerna (data in vitro/hewan dan sebagian kecil uji klinis).
Bukti klinis yang paling relevan
1) Dispepsia fungsional (bukan GERD erosif)
2) H. pylori (sebagai tambahan regimen baku)
- Dua uji terkontrol menunjukkan menambahkan licorice ke terapi standar (mis. regimen klaritromisin atau kuadruple) meningkatkan angka eradikasi dibanding tanpa licorice (misal 83,3% vs 62,5% pada satu studi). Licorice bukan pengganti antibiotik, hanya adjuvan.
3) Ulkus peptikum
Keamanan: poin yang sangat penting
- Glycyrrhizin (komponen asli licorice) dapat menyebabkan pseudohiperaldosteronisme → hipertensi, hipokalemia, edema, aritmia, bahkan rhabdomiolisis/AKI; ini terdokumentasi pada review dan laporan kasus. Risiko turun pada ekstrak deglycyrrhizinated (DGL)/rendah glisirizin.
- Hindari/waspada pada: hipertensi, gagal jantung/penyakit ginjal, kehamilan, dan bila memakai diuretik, digoksin, kortikosteroid, atau obat yang memengaruhi kalium/tekanan darah. Konsultasikan dulu dengan dokter.
Cara pakai yang bijak (bila ingin mencoba, sebagai pendamping)
- Pilih formulasi: utamakan DGL/rendah glisirizin yang terstandar.
- Indikasi realistis: dispepsia fungsional atau adjuvan pada terapi H. pylori—bukan untuk mengganti PPI/antibiotik.
- Durasi pendek & evaluasi: contoh durasi uji dispepsia 30 hari; hentikan bila ada pusing, bengkak, lemah otot, jantung berdebar (tanda hipokalemia/retensi cairan).
- Tetap jalankan terapi inti: uji & eradikasi H. pylori bila positif; PPI/H2-blocker sesuai indikasi; perbaiki gaya hidup (makan tidak larut malam, berat badan ideal, stop rokok/alkohol).
FAQ
1) Apakah licorice “menyembuhkan” tukak lambung?
Belum ada bukti modern kuat bahwa licorice sendiri menyembuhkan ulkus. Studi lama DGL tidak konsisten. Untuk ulkus, PPI + eradikasi H. pylori tetap standar.
2) Mana yang lebih aman: licorice biasa atau DGL?
DGL/rendah glisirizin umumnya lebih aman karena meminimalkan risiko hipertensi/hipokalemia yang dipicu glisirizin. Tetap gunakan jangka pendek dan pantau keluhan.
3) Apakah licorice efektif untuk GERD?
Data langsung untuk GERD minim. Bukti terbaik saat ini ada pada dispepsia fungsional dan adjuvan H. pylori. Untuk GERD, modifikasi gaya hidup + PPI/H2-blocker (sesuai indikasi) tetap utama.
4) Bagaimana dengan interaksi obat?
Licorice dengan glisirizin dapat meningkatkan tekanan darah/menurunkan kalium, berinteraksi dengan diuretik, digoksin, kortikosteroid, serta obat yang memengaruhi elektrolit. Konsultasi dulu bila Anda minum obat-obat tersebut.
5) Adakah bukti melawan H. pylori?
Ada uji klinis yang menunjukkan peningkatan angka eradikasi saat licorice ditambahkan ke regimen antibiotik; juga ada data in vitro tentang senyawa aktif licorice yang menghambat H. pylori.
Kesimpulan
Licorice bukan obat mujarab, tetapi dapat membantu pada dispepsia fungsional dan sebagai adjuvan terapi H. pylori pada sebagian pasien. Mengingat profil efek samping glisirizin, pilihan yang lebih aman adalah ekstrak DGL/rendah glisirizin, digunakan jangka pendek dan tidak menggantikan terapi medis utama. Jika Anda memiliki hipertensi/penyakit ginjal/jantung atau memakai obat yang memengaruhi tekanan darah/kalium, diskusikan dulu dengan dokter sebelum mencoba.
Rujukan medis utama: uji acak GutGard®
untuk dispepsia fungsional; uji penambahan licorice pada eradikasi H. pylori; tinjauan aktivitas anti-inflamasi licorice; uji DGL era 1969–1978; serta publikasi keselamatan (pseudo-hiperaldosteronisme, hipokalemia/hypertensi).