
Asam lambung (HCl) adalah komponen kunci dalam proses pencernaan, namun ketidakseimbangan produksinya bisa memicu berbagai gangguan pencernaan. Artikel ini membahas secara mendalam:
- Awal: Sejarah dan fungsi dasar asam lambung
- Sekresi: Bagaimana dan di mana asam lambung diproduksi
- Pengaturan Sekresi: Mekanisme hormon dan saraf yang mengontrolnya
- Netralisasi: Sistem perlindungan dan buffer alami tubuh
- Farmakologi: Obat‑obat yang menargetkan produksi atau efek asam lambung
- Lihat Pula: Topik terkait untuk pendalaman
- Referensi
- FAQ
Awal: Sejarah & Fungsi Dasar Asam Lambung
Sejak era Hippocrates, manusia sudah mencurigai pentingnya “cairan lambung” dalam pencernaan makanan. Baru abad ke-19, René Laënnec menggambarkan HCl sebagai komponen asam lambung yang memecah protein dan membunuh kuman. Fungsi utama asam lambung:
- Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, enzim pencerna protein.
- Membunuh mikroba dan patogen yang masuk bersama makanan.
- Memecah struktur makanan sehingga usus halus dapat menyerap nutrisi lebih efisien .
Sekresi: Proses Produksi Asam Lambung
Sel Parietal di Lambung
Asam lambung dihasilkan oleh sel parietal (oksintik) yang terletak di kelenjar lambung—khususnya pada fundus dan badan lambung. Setiap sel parietal mengandung pompa proton (H⁺/K⁺-ATPase) yang memompa ion hidrogen (H⁺) ke lumen lambung, bertukar dengan ion kalium (K⁺) .
Langkah-langkah Sintesis & Sekresi
- Produksi H⁺ di dalam sel parietal, berasal dari reaksi karbon dioksida (CO₂) dan air (H₂O) membentuk asam karbonat, lalu terdisosiasi.
- Ekspor H⁺ melalui H⁺/K⁺-ATPase ke lumen.
- Sekresi Cl⁻ secara pasif lewat saluran ion, membentuk HCl.
Pengaturan Sekresi: Kontrol Hormon & Saraf
Produksi asam lambung diatur oleh tiga fase utama dan tiga mediator: gastrin, histamin, dan asetilkolin.
Fase Sekresi
- Fase Cephalic: Dipicu oleh aroma, rasa, dan pikiran makanan. Sinyal dikirim lewat saraf vagus → asetilkolin → sel parietal & sel ECL (melepas histamin).
- Fase Gastrik: Makanan tiba di lambung, peregangan dinding lambung → refleks vagovagal → peningkatan asetilkolin & gastrin. Protein dan peptida merangsang sel G untuk melepaskan gastrin.
- Fase Intestinal: Makanan masuk usus halus → beberapa peptida merangsang pelepasan hormon gastrin, tetapi asam lambung tinggi akhirnya memberi sinyal negatif lewat hormon sekretin.
Proses ini memerlukan energi (ATP) dan bergantung pada aliran darah lambung untuk suplai CO₂ dan pengangkutan kembali ion bikarbonat.
Mediator Utama
- Gastrin: Dihasilkan sel G di antrum lambung; merangsang asetilkolin dan histamin, serta meningkatkan proliferasi sel parietal .
- Histamin: Diproduksi sel enterochromaffin-like (ECL); memacu sel parietal lewat reseptor H₂.
- Asetilkolin: Dilepas saraf vagus; langsung merangsang sel parietal dan sel ECL.
Negatif Feedback
Tingginya asam lambung menurunkan pH intraluminal, memicu sel D di antrum memproduksi somatostatin, yang menghambat sekresi gastrin dan histamin.
Netralisasi: Perlindungan & Buffer Alami
Lapisan Mukus & Bikarbonat
Mukus yang diproduksi sel mukosa membentuk lapisan pelindung antara asam lambung dan epitel. Bersamaan itu, sel kelenjar mukus mengeluarkan bikarbonat (HCO₃⁻) untuk menetralkan asam di permukaan mukosa.
Aliran Darah & Regenerasi
Aliran darah lambung mengangkut nutrisi dan bikarbonat ke mukosa, sekaligus membawa faktor pertumbuhan (EGF) untuk perbaikan epitel jika terjadi erosi mikro.
Obat‑Obat Pelindung
- Sukralfat: Membentuk lapisan pelindung mekanik di permukaan luka.
- Zinc‑L‑Carnosine: Mengikat mukin, meningkatkan faktor pertumbuhan lokal.
Peran dalam Penyakit: Ketidakseimbangan Asam Lambung
Ulkus Peptikum
Jika agresi asam (HCl + pepsin) lebih dominan dibanding pertahanan mukosa, terbentuk ulkus (tukak) pada lambung atau duodenum. Infeksi H. pylori dan penggunaan OAINS adalah faktor besar.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Kelebihan asam lambung atau relaksasi berlebih sfingter esofagus bagian bawah (LES) menyebabkan refluks, manifestasi heartburn, regurgitasi, dan komplikasi esofagitis .
Gastritis & Erosi Lambung
Peradangan mukosa lambung superfisial (gastritis) dapat menjadi kronis dan berkembang menjadi erosive gastritis jika tidak terkontrol.
Farmakologi: Obat‑Obat yang Menargetkan Asam Lambung
1. Antasida
- Contoh: Aluminium hidroksida, magnesium hidroksida
- Mekanisme: Menetralkan HCl secara langsung → pH naik instan
- Onset kerja: 5–15 menit; durasi 1–2 jam.
2. H₂–Receptor Antagonists
- Contoh: Ranitidine, famotidine
- Mekanisme: Blok reseptor H₂ pada sel parietal → sekresi asam menurun
- Onset kerja: 1 jam; durasi 10–12 jam .
3. Proton Pump Inhibitors (PPI)
- Contoh: Omeprazole, lansoprazole, pantoprazole
- Mekanisme: Irreversibel menghambat H⁺/K⁺-ATPase → sekresi H⁺ berhenti
- Onset kerja: 1–2 jam; durasi 24–48 jam (perlu kumulasi dosis) .
4. Prokinetik
- Contoh: Metoklopramid, domperidone
- Mekanisme: Meningkatkan motilitas lambung, mempercepat pengosongan → mengurangi stimulus sekresi asam.
Lihat Pula
- Ulkus Peptikum: Patofisiologi dan terapi modern
- GERD: Diagnosis dan tatalaksana terkini
- Dispepsia Fungsional: Gangguan pencernaan tanpa kelainan organik
- Gastritis Kronis: Infeksi H. pylori dan manajemen jangka panjang
- Obat PPI: Keamanan & efek samping penggunaan jangka panjang
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
- Apakah asam lambung selalu buruk? Tidak—dalam kadar normal, HCl penting untuk pencernaan dan pertahanan tubuh terhadap patogen.
- Bagaimana cara cepat menetralkan asam lambung? Gunakan antasida chewable seperti magnesium/aluminium hidroksida; rasakan kelegaan dalam 5–15 menit.
- Apa perbedaan PPI dan H₂‑blocker? PPI menghambat pompa proton secara permanen (efek 24–48 jam), sedangkan H₂‑blocker bekerja melalui reseptor histamin (durasi 10–12 jam).
- Apakah penggunaan antasida terus‑menerus aman? Bila sering, risiko hipernatriemia (Al) atau diare (Mg) meningkat; konsultasi dokter bila perlu penggunaan >2 minggu.
- Bisakah makanan tertentu meningkatkan sekresi asam? Ya—kopi/kafein, cokelat, makanan pedas, dan alkohol merangsang sel parietal.
Referensi
- Fischbach, W., & Malfertheiner, P. (2010). Gastric acid secretion and its clinical significance. Gastroenterology Review, 8(4), 247–254.
- Sachs, G., Shin, J. M., Howden, C. W. (2010). Review article: the clinical pharmacology of proton pump inhibitors. Alimentary Pharmacology & Therapeutics, 32(5), 645–658.
- Dockray, G. J. (2014). Gastrin and gastric epithelial physiology. Journal of Physiology, 592(14), 2927–2933.
- Laine, L., Yang, H., Chang, S. C., Datto, C., & Caro, J. J. (2018). Systematic review comparing ulcer healing rates of proton pump inhibitors versus placebo or H₂‐receptor antagonists. American Journal of Gastroenterology, 113(4), 497–507.
- Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease. American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900–1920.
- Brater, D. C. (1999). Pharmacology of H₂-receptor antagonists. Pharmacology & Therapeutics, 81(1), 15–25.