
Penyakit asam lambung—sering disebut gastroesophageal reflux disease (GERD)—adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, menimbulkan gejala seperti heartburn, regurgitasi, dan nyeri dada. Meskipun umum, GERD membutuhkan penanganan tepat untuk mencegah komplikasi jangka panjang seperti esofagitis, striktur, atau Barrett’s esophagus.
1. Patofisiologi Refluks Asam Lambung
- Sfingter Esofagus Bawah (LES): Katup otot antara kerongkongan dan lambung biasanya menutup rapat. Pada GERD, LES melemah atau sering relaksasi tidak normal, memungkinkan asam lambung naik.
- Tekanan Intra-Abdomen: Obesitas, kehamilan, atau batuk kronis meningkatkan tekanan, mendorong refluks.
- Motilitas Lambung: Pengosongan lambung lambat (gastroparesis) memperparah refluks karena isi lambung bertahan lebih lama .
2. Faktor Risiko
- Obesitas: Setiap kenaikan BMI 5 kg/m² meningkatkan risiko GERD hingga 30 %.
- Diet & Gaya Hidup: Konsumsi kopi, cokelat, alkohol, makanan berlemak tinggi, dan merokok melemahkan LES.
- Obat-obatan: Antikolinergik, kalsium-channel blocker, dan NSAID dapat menurunkan tonus LES.
- Kehamilan: Hormon progesteron relaksasi otot LES dan tekanan janin mendorong refluks.
- Usia & Gender: Lebih umum pada usia >40 tahun, sedikit lebih sering pria .
3. Gejala Klinis
- Heartburn: Sensasi terbakar di dada, naik ke tenggorokan.
- Regurgitasi: Kembalinya cairan asam ke mulut, terkadang disertai rasa pahit.
- Nyeri Dada Non-Kardiak: Menusuk seperti angina, terutama saat berbaring.
- Disfagia: Kesulitan menelan akibat iritasi esofagus.
- Batuk Kronis, Suara Serak: Gejala extraesophageal GERD.
4. Diagnosis
Anamnesis dan Gejala
Diagnosis awal berdasarkan gejala tipikal heartburn/regurgitasi ≥2× minggu.
Endoskopi Esofago–Gastro–Duodenum (EGD)
- Indikasi: gejala persisten, disfagia, anemia, penurunan berat badan.
- Menilai esofagitis, striktur, atau Barrett’s esophagus .
pH-Metri Esofagus
- Pengukuran asam selama 24–48 jam; gold‑standard untuk GERD tanpa temuan endoskopi.
Manometri
- Mengukur motilitas dan tekanan LES jika pH-metri mencurigakan.
5. Penanganan Medis
Modifikasi Gaya Hidup
- Turunkan berat badan jika obesitas.
- Hindari makanan pemicu (kopi, cokelat, alkohol, cokelat, pedas).
- Makan porsi kecil, hindari berbaring 2–3 jam setelah makan.
- Tinggikan kepala ranjang 10–15 cm .
Farmakoterapi
- Antasida: Menetralkan HCl—cepat tetapi singkat.
- H₂–Receptor Antagonists (rantidine, famotidine): Mengurangi sekresi asam hingga 12 jam.
- Proton Pump Inhibitors (PPI) (omeprazole, esomeprazole): Blok pompa proton; efektif 24–48 jam—terapi lini pertama .
Terapi Bedah
- Nissen Fundoplication: Rekonstruksi LES dengan membungkus fundus lambung.
- Indikasi: gagal PPI, aspirasi paru berulang, komplikasi esofagus.
6. Komplikasi
- Esofagitis: Inflamasi esofagus, seringnya menyebabkan perdarahan.
- Striktur Esofagus: Jaringan parut → penyempitan → disfagia.
- Barrett’s Esophagus: Metaplasia kolumnar → risiko adenokarsinoma esofagus 30–125× lebih tinggi .
- Adenokarsinoma Esofagus: Bila Barrett tidak termonitor.
7. Pencegahan Kekambuhan
- Kepatuhan penuh pada terapi PPI.
- Pantau endoskopi ulang pada Barrett’s every 3–5 tahun.
- Terapi jangka panjang PPI hanya bila indikasi kuat.
FAQ (Pertanyaan Umum)
1. Apa perbedaan heartburn biasa dengan GERD?
Heartburn sekali-sekali wajar; GERD berarti gejala ≥2× minggu atau komplikasi organik.
2. Berapa lama PPI harus diminum?
Konsultasi dokter; biasanya 4–8 minggu terapi penuh, beberapa pasien memerlukan maintenance dosis rendah.
3. Apakah antasida aman untuk jangka panjang?
Antasida untuk gejala ringan; penggunaan kronis perlu hati‑hati (risiko hiperkalsemia, diare).
4. Bisakah GERD sembuh total?
Perbaikan gaya hidup + terapi medis dapat kontrol gejala, namun LES tidak kembali normal sepenuhnya; risiko kambuh ada.
5. Kapan perlu operasi?
Gagal maksimal terapi, aspirasi paru, komplikasi esofagus (striktur/Barrett’s).
Referensi
- Vakil, N., et al. (2006). The Montreal definition and classification of GERD. American Journal of Gastroenterology.
- El‑Serag, H. B. (2014). Time trends of GERD, Barrett’s, and esophageal adenocarcinoma. Clinical Gastroenterology and Hepatology.
- Laine, L., et al. (2018). Systematic review: PPI vs H₂-blockers for GERD. American Journal of Gastroenterology.
- Kaltenbach, T., Crockett, S. D., & Gerson, L. B. (2006). Meta‑analysis: Lifestyle measures for GERD. Alimentary Pharmacology & Therapeutics.
- Spechler, S. J., et al. (2002). Barrett’s esophagus and risk of esophageal cancer. New England Journal of Medicine.