
Gastroesophageal Reflux (GER) dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) seringkali dikaitkan, namun secara terminologi dan klinis memiliki perbedaan substansial. GER merujuk pada kejadian fisiologis keluarnya isi lambung kembali ke esofagus tanpa komplikasi patologis, sedangkan GERD adalah kondisi patologis yang timbul akibat refluks asam berulang yang menimbulkan gejala klinis dan/atau komplikasi esofagus. Artikel ini membahas:
- Definisi dan Klasifikasi
- Epidemiologi
- Patofisiologi
- Manifestasi Klinis
- Komplikasi
- Diagnosis
- Terapi dan Manajemen
- Pencegahan dan Modifikasi Gaya Hidup
- FAQ
- Referensi
1. Definisi dan Klasifikasi
1.1 Gastroesophageal Reflux (GER)
- GER adalah fenomena fisiologis di mana isi lambung, termasuk asam dan enzim pencernaan, kembali ke esofagus tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan mukosa.
- Banyak individu sehat mengalami episode GER beberapa kali sehari, terutama setelah makan besar atau saat berbaring.
- Pada bayi, GER (regurgitasi) lazim terjadi karena LES (lower esophageal sphincter) belum matang .
1.2 Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- GERD didefinisikan oleh ACG (American College of Gastroenterology) sebagai refluks berulang yang menimbulkan gejala klinis persisten dan/atau komplikasi patologis pada esofagus atau organ ekstraesofagus .
- Hal ini meliputi heartburn yang mengganggu kualitas hidup, regurgitasi asam, disfagia, esofagitis erosif, striktur, Barrett’s esophagus, atau manifestasi ekstraesofageal seperti batuk kronis dan laringitis.
2. Epidemiologi
- Prevalensi GER: Hampir 50 % populasi dewasa mengalami refluks sesaat; biasanya ringan dan sporadis .
- Prevalensi GERD: Sekitar 10–20 % populasi dewasa Barat, dengan variasi regional; lebih rendah di Asia Tenggara (5–10 %) .
- Faktor risiko mencakup usia >40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi alkohol, dan diet tinggi lemak.
3. Patofisiologi
3.1 Mekanisme GER Fisiologis
- Transient LES Relaxations (TLESRs): Kehilangan tekanan LES secara spontan tanpa kaitan langsung dengan menelan adalah penyebab utama GER pada individu sehat.
- Fase Cephalic dan Gastrik: Saraf vagus dan hormon (gastrin, histamin, ACh) memediasi sekresi asam tinggi setelah rangsangan mecial .
3.2 Mekanisme GERD Patologis
- Penurunan Tekanan LES: Melampaui ambang fisiologis, sehingga refluks berfrekuensi tinggi.
- Hiatus Hernia: Desakan diafragma mempermudah reflux.
- Disfungsi Motilitas Esofagus: Pengosongan lambung lambat (gastroparesis) atau peristaltik esofagus tidak efektif menurunkan asam.
- Asiditas dan Pepsin: Paparan jangka panjang memicu inflamasi mukosa, erosio, dan remodeling esofagus.
4. Manifestasi Klinis
4.1 Gejala Esophageal
- Heartburn: Sensasi terbakar retrosternal.
- Regurgitasi: Rasa asam/pahit naik ke mulut.
- Disfagia: Nyeri atau kesulitan menelan.
4.2 Gejala Ekstraesophageal
- Batuk Kronis, Laringitis, Asma Refraktori: Akibat mikroaspirasi .
5. Komplikasi
- Esofagitis Erosif: Ulkus permukaan esofagus.
- Striktur Esofagus: Jaringan parut → penyempitan lumen.
- Barrett’s Esophagus: Metaplasia kolumnar menggantikan epitel skuamosa, risiko kanker 30–125× .
- Adenokarsinoma Esofagus: Potensi maligna jangka panjang.
- Aspiration Pneumonitis: Akibat refluks asam ke saluran napas.
6. Diagnosis
6.1 Klinis
- Empirical PPI Trial: Respons dengan PPI selama 4–8 minggu mengkonfirmasi GERD .
6.2 Endoskopi Esofago–Gastro–Duodenum (EGD)
- Evaluasi esofagitis, striktur, Barrett’s.
- Indikasi: gejala alarm (disfagia, anemia, perdarahan), onset usia >55 tahun.
6.3 pH-Metri 24 Jam
- Gold-standard untuk refluks asam.
- Mengukur waktu dan kadar pH <4.
6.4 Manometri Esofagus
- Indikasi: mengevaluasi motilitas dan tekanan LES.
7. Terapi dan Manajemen
7.1 Modifikasi Gaya Hidup
- Menurunkan berat badan, berhenti merokok.
- Hindari pemicu: kafein, alkohol, cokelat, makanan pedas/berlemak.
- Porsi kecil dan sering, hindari berbaring 2–3 jam setelah makan.
- Tinggikan kepala ranjang 10–15 cm .
7.2 Farmakoterapi
- Antasida: Instan, durasi singkat.
- H₂-Receptor Antagonists: Ranitidine, famotidine.
- Proton Pump Inhibitors (PPI): Omeprazole, esomeprazole—lini pertama untuk GERD erosif .
7.3 Terapi Bedah
- Nissen Fundoplication: Indikasi gagal obat, aspirasi berulang, komplikasi esofagus.
- Endoscopic LINX Device: Cincin magnet LES.
8. Pencegahan dan Modifikasi Gaya Hidup
Edukasi Pasien: Mengenali gejala, kepatuhan terapi.
Nutrisi: Diet seimbang, hindari overweight.
Aktivitas Fisik: Olahraga moderat, hindari aktivitas berat segera setelah makan.
Stres Management: Teknik relaksasi, meditasi.
9. FAQ
1. Apakah setiap refluks adalah GERD?
Tidak. GER fisiologis adalah normal; GERD didefinisikan oleh frekuensi ≥2×/minggu, gejala mengganggu, atau komplikasi patologis.
2. Berapa lama terapi PPI dijalankan?
Biasanya 4–8 minggu untuk esofagitis erosif, dilanjutkan dosis maintenance jika perlu.
3. Apakah antasida dapat menggantikan PPI?
Antasida hanya meredakan sementara; PPI menargetkan produksi asam jangka panjang.
4. Bagaimana memantau Barrett’s esophagus?
Endoskopi ulang setiap 3–5 tahun, tergantung temuan displasia.
5. Bisakah GERD sembuh total?
Kontrol gejala dengan terapi dan modifikasi gaya hidup; LES tidak kembali normal sepenuhnya, risiko kambuh tetap ada.
10. Referensi
Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., & Jones, R. (2006). The Montreal definition and classification of GERD. American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900–1920.
Katz, P. O., Gerson, L. B., & Vela, M. F. (2013). Guideline for the diagnosis and management of GERD. American Journal of Gastroenterology, 108(3), 308–328.
El-Serag, H. B., Sweet, S., Winchester, C. C., & Dent, J. (2014). Update on the epidemiology of GERD. Gastroenterology, 147(6), 1265–1274.
Dockray, G. J. (2014). Gastrin and gastric epithelial physiology. Journal of Physiology, 592(14), 2927–2933.
Kaltenbach, T., Crockett, S. D., & Gerson, L. B. (2006). Meta-analysis: Lifestyle measures for GERD. Alimentary Pharmacology & Therapeutics, 24(6), 1151–1169.
Laine, L., Yang, H., Chang, S. C., Datto, C., & Caro, J. J. (2018). Systematic review comparing ulcer healing rates of PPIs vs H₂-blockers. American Journal of Gastroenterology, 113(4), 497–507.
Lightdale, J. R., Gremse, D. A., & Pediatrics Section on Gastroenterology (2016). Gastroesophageal reflux: Management guidance. Pediatrics, 137(5), e20160856.
Spechler, S. J., & Barrett, K. E. (2002). Barrett’s esophagus and risk of candida?_ [New England Journal of Medicine], 346(11), 836–846.