September 4, 2025, 10:21 am

Gigi & “Maag”: Mengapa Mulut yang Tidak Terawat Bisa Memperparah Keluhan Lambung?

Gigi & “Maag”: Mengapa Mulut yang Tidak Terawat Bisa Memperparah Keluhan Lambung?

Intinya

  • “Maag” di Indonesia biasanya merujuk pada dispepsia (nyeri/ketidaknyamanan ulu hati) dan GERD (asam naik ke kerongkongan).
  • Kesehatan gigi–mulut yang buruk tidak otomatis menciptakan GERD, tetapi bisa memperparah atau memicu kekambuhan lewat beberapa jalur: kualitas kunyah yang jelek, gangguan saliva, dan peran plak gigi sebagai “gudang” Helicobacter pylori—bakteri utama tukak/lambung.  

5 Mekanisme Mengapa Mulut yang Tidak Terawat “Merembet” ke Lambung


1) Kunyah buruk → partikel besar → kerja lambung lebih berat (dispepsia)

Gigi rusak/ompong dan nyeri gigi membuat kita menelan makanan kurang halus. Studi fisiologi menunjukkan semakin sedikit dikunyah, semakin lambat pengosongan lambung dan makin berat kerja antrum untuk “menggiling” makanan—ini memicu rasa begah/nyeri ala “maag”.   Secara epidemiologis, kehilangan gigi berasosiasi dengan dispepsia fungsional dan GERD pada sebagian populasi (kuat pada perempuan)—menandakan pentingnya fungsi kunyah terhadap keluhan lambung atas.  

2) Plak gigi sebagai “reservoir” H. pylori → risiko gastritis/tukak & kekambuhan

Berbagai studi menemukan DNA/keberadaan H. pylori pada plak gigi & saliva, sehingga rongga mulut diduga menjadi sumber kolonisasi ulang ke lambung setelah terapi; meta-analisis terbaru mendukung kaitan tersebut. Artinya, kebersihan mulut yang jelek dapat mempertahankan bakteri yang memicu gastritis/tukak (“maag” organik) dan kekambuhan setelah diobati.   Catatan: sebagian ulasan lama menyebut bukti tidak selalu konsisten, tetapi kecenderungan data terbaru menguatkan peran plak sebagai reservoir—apalagi pada penderita penyakit periodontal. 

3) Penyakit periodontal - risiko H. pylori lebih tinggi

Orang dengan penyakit periodontal kronik memiliki peluang lebih tinggi terinfeksi H. pylori menurut meta-analisis, sehingga tidak merawat gigi–gusi berarti membiarkan faktor risiko tukak/“maag” tetap aktif.  

4) Kurang saliva (atau kualitasnya buruk) → asam lambung sulit dinetralisasi

Saliva mengandung bikarbonat yang menetralisir asam dan membantu pembersihan asam dari kerongkongan. Bila aliran/kualitas saliva menurun (mulut kering, kebersihan buruk, obat-obatan tertentu), asam lebih lama kontak dengan mukosa → gejala “maag”/refluks terasa lebih berat.  

5) Kebiasaan kunyah & saliva: dua sisi mata uang

Mengunyah merangsang saliva (bagus untuk menetralisir asam). Penelitian menunjukkan mengunyah permen karet bisa menaikkan pH esofagus/faring dan membantu clearance asam pascamakan pada sebagian pasien—ini contoh bahwa fungsi mulut yang baik justru melindungi saluran cerna atas.  

Apa yang Bisa Anda Lakukan? (Checklist singkat & efektif)


A. Rawat mulut–gigi secara konsisten

  • Sikat gigi 2×/hari + benang gigi, kontrol dokter gigi tiap 6 bulan; scaling bila ada karang gigi/periodontitis.
  • Perbaiki gigi rusak/ompong (tambal/gigi tiruan) agar fungsi kunyah normal kembali.
  • Bila Anda sedang/sering mengidap H. pylori lambung, kebersihan mulut yang ketat dapat menurunkan risiko kolonisasi ulang dari plak.  

B. Dukung pertahanan asam secara “alami”

  • Kunyah makanan lebih lama sampai halus.
  • Pertimbangkan permen karet bebas gula 30 menit setelah makan (kecuali dilarang saat uji pH) untuk meningkatkan aliran saliva dan pH esofagus.  
  • Jaga hidrasi; evaluasi obat yang memicu mulut kering (diskusikan dengan dokter gigi/dokter Anda).  

C. Terapkan “paket anti-refluks”

  • Jeda makan–tidur 2–3 jam, tinggikan kepala ranjang, porsi kecil rendah lemak, kurangi alkohol/rokok, kelola berat badan & stres. (Pedoman GERD modern).  

D. Obati bila ada infeksi H. pylori / tukak

  • Lakukan uji non-invasif (napas/antigen tinja) dan eradikasi bila positif—sering kali ini kunci mengatasi “maag organik”. Kebersihan mulut membantu mencegah kekambuhan pasca-terapi.  

FAQ (Tanya–Jawab)


1) Apakah gigi berlubang langsung menyebabkan GERD? Tidak langsung. Tetapi gigi rusak/nyeri → kunyah buruk → partikel besar & kerja lambung lebih berat → dispepsia. Selain itu, plak gigi bisa menjadi reservoir H. pylori yang memicu gastritis/tukak (kelompok “maag”).  

2) Benarkah membersihkan plak gigi bisa membantu “maag”? Pada pasien dengan H. pylori, kontrol plak jangka panjang menurunkan risiko kolonisasi ulang ke lambung. Jadi, perawatan periodontal & kebersihan mulut adalah bagian dari strategi menyeluruh.  

3) Mengunyah permen karet setelah makan itu aman untuk lambung? Pada banyak orang, ya—justru menaikkan pH esofagus dan membantu menetralisir asam lewat peningkatan saliva; pilih yang bebas gula. (Kecuali saat sedang menjalani tes pH esofagus, biasanya dilarang karena mengubah hasil).  

4) Saya sering mulut kering. Apakah itu bikin GERD saya lebih berat? Bisa. Saliva adalah “penetralisir alami” asam; jika alirannya turun, asam lebih lama menempel di kerongkongan. Atasi pemicu mulut kering (obat, dehidrasi), gunakan stimulan saliva (air, permen karet bebas gula), dan rawat kebersihan mulut. 

5) Apakah semua ahli sepakat soal peran plak H. pylori? Tidak sepenuhnya; ada ulasan yang meragukan kaitannya. Namun meta-analisis dan studi lebih baru cenderung mendukung peran plak sebagai gudang H. pylori—apalagi pada penderita periodontitis.  

Rujukan

  • Pera et al. Influence of mastication on gastric emptying.
  • Adibi et al. Relationship between tooth loss, functional dyspepsia and GERD.
  • Payão et al. H. pylori and its reservoirs (saliva/plaque).
  • López-Valverde et al. Dental plaque/saliva as H. pylori reservoirs (systematic review/meta-analysis).
  • Anand et al. Meta-analysis: dental plaque as extra-gastric reservoir of H. pylori.
  • Moradi et al. Meta-analysis: chronic periodontal disease - higher H. pylori risk.
  • Tack et al. Pathophysiology of GERD: peran netralisasi asam oleh saliva.
  • Skoczylas et al.; Chen et al.; Sarosiek et al. Peran bikarbonat & fungsi saliva pada pertahanan esofagus.
  • Smoak/Koufman; Moazzez et al. Chewing gum meningkatkan pH esofagus & menurunkan refluks pascamakan.

Penutup dokter


Mulut yang terawat baik—gigi utuh, gusi sehat, plak minimal, saliva cukup—adalah “garis depan” untuk kenyamanan lambung dan kerongkongan. Bila Anda sering “maag” dan punya masalah gigi–gusi, tangani keduanya: rawat gigi (scaling, tambal/gigi tiruan bila perlu), perbaiki pola makan/kunyah, dukung saliva, dan lakukan evaluasi lambung (termasuk H. pylori) bila gejala menetap. Pengelolaan terpadu ini biasanya membuat keluhan jauh lebih jarang dan kualitas hidup lebih baik.
Blog Post Lainnya
Gigi & “Maag”: Mengapa Mulut yang Tidak Terawat Bisa Memperparah Keluhan Lambung?
Gigi & “Maag”: Mengapa Mulut yang Tidak Terawat Bisa Memperparah Keluhan Lambung?Sep 4, 2025. Intinya. “Maag” di Indonesia biasanya merujuk pada dispepsia (nyeri/ketidaknyamanan ulu hati) dan GERD (asam naik ke kerongkongan). Kesehatan gigi–mulut yang buruk tidak otomatis menciptakan GERD,
Lambung: struktur, fungsi, kendali, dan penyakit penting
Lambung: struktur, fungsi, kendali, dan penyakit pentingSep 3, 2025Lambung adalah “ruang olah” di antara kerongkongan dan usus dua belas jari (duodenum). Tugas utamanya: menyimpan, mencampur, dan mengurai makanan menjadi kimus (chyme) dengan bantuan asam, enzim, dan
Kenapa OAINS dan Kortikosteroid Bisa Menyebabkan “Maag”?
Kenapa OAINS dan Kortikosteroid Bisa Menyebabkan “Maag”?Sep 2, 2025OAINS (obat anti-inflamasi nonsteroid)—ibuprofen, naproksen, diklofenak, aspirin dosis analgesik—dapat melukai lambung & duodenum lewat dua mekanisme:. Efek sistemik: menghambat COX-1/COX-2 →
`Show More
-
-
Dapatkan Heion Ashwagandha+ di marketplace favorit kamu
-
Social Media
Contact Us
62 8784-7365-360
ask.dailyheion@gmail.com
Disclaimer
Hasil yang didapatkan setiap individu bisa berbeda-beda, semua itu tergantung dari kondisi tubuh dan metabolisme masing-masing.
-
@2025 Heion Inc.