
Lambung adalah “ruang olah” di antara kerongkongan dan usus dua belas jari (duodenum). Tugas utamanya: menyimpan, mencampur, dan mengurai makanan menjadi kimus (chyme) dengan bantuan asam, enzim, dan gerak otot. Ia juga berfungsi sebagai organ endokrin (menghasilkan hormon) dan pertahanan tubuh.
Struktur anatomi makro
- Letak & bentuk: rongga J-shaped di kuadran kiri atas perut, di bawah diafragma. Dua kurvatura: kecil (medial) dan besar (lateral).
- Orifisium:
- Kardia (perbatasan esofagus–lambung) di dekat sfingter esofagus bawah.
- Pilorus (gerbang ke duodenum) dengan sfingter pilorus sebagai “penjaga” laju pengosongan.
- Irisan daerah (regions/daerah):
- Kardia – daerah transisi, kaya sel mukus pelindung.
- Fundus – kubah di atas garis kardia; penghasil ghrelin (hormon rasa lapar) dan tempat akumulasi gas.
- Korpus (badan) – pabrik utama asam (HCl) dan enzim.
- Antrum – “ruang pompa” untuk penggilingan; kaya sel G penghasil gastrin.
- Kanal pilorus – menuju duodenum; bertugas menyaring partikel besar.
- Pembuluh & saraf: disuplai cabang truncus coeliacus (gastrica sinistra/dextra, gastroepiploika, gastroduodenalis). Inervasi oleh nervus vagus (parasimpatis) dan pleksus simpatik; sistem saraf enterik mengatur banyak refleks lokal.
- Lipatan rugae: plica/punggung-punggung pada permukaan dalam yang mengembang saat lambung terisi.
Dinding lambung (berlapis)
- Mukosa – permukaan terdalam:
Tertutup lapisan mukus-bikarbonat sebagai perisai anti-asam.
Foveola (gastric pits): muara ke kelenjar.
2. Submukosa – jaringan ikat dengan pembuluh & pleksus saraf (Meissner).
3. Muskularis propria – tiga lapis otot (unik pada lambung):
- Oblik dalam, sirkular tengah, longitudinal luar → menghasilkan gerak ritmik dan “pompa antrum”.
- Di antara lapisan otot terdapat pleksus Auerbach (myenteric) pengatur motilitas.
4. Serosa – selimut peritoneum (permukaan licin).
Kelenjar lambung (tipe & sel)
- Kardia: dominan sel mukus → pelumas & pelindung.
- Fundus/korpus (oksintik) – pabrik sekresi utama:
- Sel parietal (oksintik): HCl (menurunkan pH hingga ~1–3) & faktor intrinsik (mengikat vitamin B12 untuk penyerapannya di ileum).
- Sel utama (chief): pepsinogen (→ pepsin pada pH asam) dan lipase lambung.
- Sel leher mukus: mukus lebih encer.
- Sel ECL (enterochromaffin-like): histamin, pemicu kuat sekresi asam (via reseptor H2 pada sel parietal).
- Sel D: somatostatin (rem penghambat asam/hormon lain).
- Antrum/pilorus:
- Sel G: gastrin → merangsang asam & pertumbuhan mukosa.
- Sel D: somatostatin.
- Sel endokrin lain: P/D1 (ghrelin, terutama fundus), EC (serotonin), dan sel punca (regenerasi epitel).
Enzim & zat utama
- Pepsin (dari pepsinogen): protease awal yang memotong protein menjadi peptida.
- Lipase lambung: menghidrolisis trigliserida rantai pendek/menengah (kontribusi kecil pada dewasa; penting pada bayi).
- Chymosin (rennin): penting pada neonatus untuk penggumpalan kasein.
- HCl: bukan enzim, tetapi “alat kerja” penting: men-denaturasi protein, mengaktifkan pepsin, dan mematikan banyak kuman.
- Faktor intrinsik: wajib untuk absorpsi vitamin B12.
Fungsi utama lambung
- Reservoir adaptif – receptive relaxation (oleh vagus) memungkinkan lambung menampung makanan tanpa lonjakan tekanan.
- Pencampuran & penggilingan – gelombang peristaltik dan pompa antrum mengubah makanan menjadi kimus berukuran partikel <2–3 mm.
- Pencernaan kimiawi – asam + enzim mengurai protein & lemak tertentu.
- Pertahanan – pH asam menekan patogen; mukus-bikarbonat & prostaglandin melindungi mukosa.
- Endokrin/metabolik – sekresi gastrin, ghrelin, somatostatin, histamin mengoordinasi kerja saluran cerna dan rasa lapar.
- Menentukan laju pengosongan – sfingter pilorus & kontrol neuro-hormonal memastikan kimus “dikirim” ke duodenum dalam kecepatan yang aman.
Absorpsi di lambung (apa yang diserap?)
Lambung bukan tempat penyerapan utama nutrisi (itu tugas usus halus), namun dapat menyerap:
- Air dan elektrolit dalam jumlah kecil,
- Etanol (cepat),
- Obat tertentu (mis. aspirin/NSAID, sebagian antimikroba) – inilah sebabnya efek iritasi mukosa bisa muncul lebih dini. Selain itu, asam lambung membantu penyerapan zat besi secara tidak langsung dengan mereduksi Fe³⁺ → Fe²⁺ (lebih mudah diserap di duodenum) dan melepaskan mineral dari matriks makanan.
Kendali sekresi & motilitas
Tiga fase fisiologis
- Fase sefalik (±30%) – bau, rasa, melihat makanan → aktivasi vagus (ACh) → sekresi asam/enzim & relaksasi reseptif.
- Fase gastrik (±60%) – distensi & peptida di lumen memicu gastrin, ACh, dan histamin → lonjakan asam & motilitas.
- Fase intestinal (±10%) – saat kimus masuk duodenum; hormon usus (CCK, sekretin, GIP) menghambat asam & memperlambat pengosongan bila kimus terlalu asam/lemak/hipertonik.
Pengatur utama
- Stimulator sekresi asam: ACh (vagus), gastrin, histamin (ECL).
- Penghambat: somatostatin, prostaglandin E₂/I₂, sekretin/CCK, pH luminal sangat rendah (umpan balik).
- Motilitas: diatur myenteric plexus, interstitial cells of Cajal (pacemaker), refleks vagovagal; sfingter pilorus menyetel laju pengosongan.
Signifikansi klinis (mengapa hal di atas penting)
- Barier mukosa (mukus-bikarbonat & prostaglandin) menjelaskan mengapa OAINS dan stres fisiologis berat dapat menimbulkan erosi/tukak: karena prostaglandin turun, aliran darah mukosa berkurang.
- Sel parietal & faktor intrinsik → kerusakan autoimun pada sel ini menimbulkan anemia pernisiosa (defisiensi B12).
- Gastrin & ECL → hipergastrinemia (mis. Zollinger–Ellison/gastrinoma atau penggunaan PPI jangka lama) meningkatkan asam/hiperplasia ECL.
- Kontrol pengosongan → gangguan pada saraf vagus/ICC (diabetes, pasca operasi) dapat menyebabkan gastroparesis (lambung “lamban”).
- Laju pengosongan & ukuran partikel berhubungan dengan toleransi makanan pasca operasi lambung (dumping syndrome bila pengosongan terlalu cepat).
Penyakit/kelainan penting pada lambung (ringkas & praktis)
- Gastritis & gastropati
- Akut erosif: alkohol, OAINS, stres kritis (ICU), empedu.
- Kronik: Helicobacter pylori (terkait tukak & keganasan), autoimun (menyerang sel parietal → aklorhidria & defisiensi B12).
- Keluhan: nyeri ulu hati, mual, kembung; kadang tanpa keluhan sampai terjadi perdarahan.
- Penyakit tukak peptik (lambung/duodenum)
- Penyebab utama: H. pylori dan/atau OAINS.
- Komplikasi: perdarahan, perforasi, obstruksi pilorus.
- Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- Secara anatomi terkait kardia/LES; gejala: terbakar dada, regurgitasi.
1. Gastroparesis
- Perlambatan pengosongan; penyebab: diabetes, pasca infeksi, obat (opioid, antikolinergik).
- Gejala: cepat kenyang, mual, perut begah; terapi bertahap (diet fraksinasi, prokinetik, intervensi).
- Neoplasia lambung
- Adenokarsinoma (risiko meningkat: H. pylori kronik, gastritis atrofi, faktor genetik, diet asin/asinan/rokok).
- MALT lymphoma (sering terkait H. pylori; sebagian membaik dengan eradikasi).
- GIST (tumor stroma; berasal dari sel Cajal).
- Kelainan lain
- Menetrier disease (hipertrofi mukosa, hipoproteinemia),
- Pilorus stenosis pada bayi (muntah proyektil),
- Bile reflux gastritis, stress-ulcer prophylaxis pada pasien kritis.
Gejala yang harus diwaspadai (alarm symptoms)
- Muntah darah atau BAB hitam,
- Penurunan berat badan tanpa sebab,
- Anemia, muntah berulang, disfagia/nyeri telan,
- Nyeri mendadak hebat (curiga perforasi). Bila gejala ini ada, segera evaluasi medis (biasanya endoskopi).
Pemeriksaan & penilaian
- Endoskopi saluran cerna atas (EGD): melihat mukosa, mengambil biopsi.
- Uji H. pylori: urea breath test/antigen tinja (non-invasif) atau biopsi saat endoskopi.
- Tes fungsi pengosongan lambung (scintigraphy) pada kecurigaan gastroparesis.
- Laboratorium: Hb (anemia), B12 (pada gastritis autoimun/aklorhidria), penanda inflamasi bila perlu
Cara menjaga kesehatan lambung
- Pola makan teratur, porsi lebih kecil tapi sering, tidak langsung berbaring setelah makan; batasi lemak tinggi, alkohol, dan rokok.
- Gunakan OAINS secara bijak; jika harus lama dan Anda berisiko, diskusikan gastroproteksi (PPI/misoprostol) dan uji H. pylori.
- Kelola stres & tidur cukup; aktivitas fisik teratur membantu motilitas & berat badan.
- Kontrol penyakit pemicu (diabetes, autoimun).
- Periksa bila keluhan menetap atau muncul tanda bahaya.
Inti kesimpulan
Lambung bukan hanya “kantong asam”, melainkan organ dinamis dengan arsitektur dinding tiga otot, kelenjar khusus, dan jaringan saraf-hormon yang saling terkoordinasi. Memahami daerah, dinding, kelenjar, enzim, fungsi, absorpsi, serta kendalinya memudahkan kita menjelaskan gejala dan penyakit—dari gastritis, tukak peptik, hingga gastroparesis dan kanker. Dengan gaya hidup sehat, penggunaan obat yang bijak, dan evaluasi tepat saat perlu, sebagian besar masalah lambung dapat dicegah atau ditangani lebih dini.