
Apa itu Hipoklorhidria?
Secara fisiologis, pH lambung saat puasa bisa sangat asam (±1,5–3,0). Pada hipoklorhidria, keasaman menurun (pH naik), sehingga:
- Pepsinogen tidak optimal berubah menjadi pepsin → pemecahan protein kurang efisien.
- “Barrier asam” melemah → kolonisasi bakteri di lambung/usus halus meningkat.
- Penyerapan beberapa mikronutrien dari makanan (terutama non-heme iron dan vitamin B12) bisa terganggu.
Berbeda dengan GERD (refluks asam ke kerongkongan), hipoklorhidria adalah kondisi lambung dengan asam rendah. Keduanya dapat saling menutupi gejala (mis. begah, nyeri ulu hati).
Mengapa Bisa Terjadi?
- Gastritis atrofi karena Helicobacter pylori Peradangan kronis terutama di korpus/fundus dapat mengikis sel parietal penghasil asam. Jangka panjang → asam turun, gastrin naik kompensatorik, dan risiko kelainan pra-kanker meningkat pada pola atrofi tertentu.
- Gastritis autoimun (pernisiosa) Autoantibodi merusak sel parietal dan faktor intrinsik → achlorhydria + defisiensi B12 (anemia pernisiosa). Sering “berteman” dengan penyakit autoimun lain (tiroid, vitiligo).
- Obat penekan asam PPI (omeprazole, dll.) efektif untuk GERD/ulkus. Namun pemakaian lama tanpa indikasi kuat dapat mempertahankan asam rendah; sebagian pasien melaporkan penuh/bergas dan rentan infeksi saluran cerna tertentu. (Bila indikasi tepat, manfaatnya tetap lebih besar.)
- Usia lanjut Pada sebagian lansia, terjadi penurunan fungsi sel parietal dan lebih sering ditemukan gastritis atrofi.
- Pasca operasi/kelainan anatomi Vagotomi, gastrektomi parsial, atau operasi bariatrik tertentu mengubah regulasi sekresi asam dan pengosongan lambung.
- Penyebab lain (lebih jarang/khusus) Penyakit menahun berat/malnutrisi, penyakit Ménétrier, obat tertentu (mis. analog somatostatin jangka panjang), dan kondisi endokrin tertentu.
Gejala & Dampak Klinis
- Dispepsia: cepat kenyang, begah, kembung, rasa penuh lebih lama setelah makan.
- “Heartburn” paradoks: pengosongan lambung melambat → distensi → regurgitasi mekanik, meski asamnya rendah.
- Gangguan nutrisi: anemia defisiensi besi, defisiensi B12 (kesemutan, lemah, lidah sakit), kadang kalsium/magnesium.
- Infeksi cerna: meningkatnya risiko enteritis tertentu (mis. C. difficile, bakteri usus lain) karena “barrier” asam melemah.
- SIBO (Small Intestinal Bacterial Overgrowth): gas berlebih, kembung kronis, diare/konstipasi bergantian.
- Komplikasi jangka panjang pada gastritis atrofi: perubahan pra-kanker (tergantung pola atrofi/metaplasia).
Bendera merah: penurunan berat badan tanpa sebab, BAB hitam/berdarah, muntah berulang, disfagia, anemia berat. Periksa segera.
Bagaimana Menegakkan Diagnosis?
- Wawancara & pemeriksaan fisik Tanyakan obat penekan asam, riwayat autoimun, anemia, atau operasi lambung. Periksa tanda defisiensi nutrisi.
- Laboratorium
- Darah: Hb, MCV, feritin/saturasi besi, B12 (± MMA/ homosistein), kadang gastrin serum (tinggi pada asam rendah/achlorhydria & PPI).
- Serologi autoimun (antiparietal cell, anti-IF) bila curiga gastritis autoimun.
3. Endoskopi + biopsi
Menilai atrofi/metaplasia, mencari H. pylori, dan menyingkirkan lesi lain. Ini rujukan utama untuk stratifikasi risiko.
4. Penilaian keasaman
- Aspirat lambung atau pH intragastrik.
- Heidelberg test (kapsul pH) tersedia di sebagian pusat; bukan tes rutin di semua tempat.
5. Uji H. pylori
Urea breath test/antigen feses/biopsi. (Hentikan PPI dan antibiotik sesuai interval sebelum tes agar akurat.)
Catatan: Keluhan “asam kurang” tidak selalu hipoklorhidria. Banyak pasien “begah” ternyata dispepsia fungsional tanpa masalah asam. Karena itu evaluasi menyeluruh penting.
Tata Laksana: Prinsip Inti
- Tangani penyebabnya
- Eradikasi H. pylori (regimen sesuai sensitivitas lokal) → dapat memperbaiki keasaman pada sebagian pasien dan menurunkan risiko keganasan terkait.
- Gastritis autoimun: suplemen B12 (parenteral/tinggi oral), skrining komorbid autoimun, dan surveilans endoskopi sesuai risiko.
- Obat: kaji ulang kebutuhan PPI. Bila indikasi lemah, pertimbangkan step-down (H₂-RA/on-demand) atau stop (bertahap) di bawah pengawasan dokter. Jangan menghentikan PPI yang benar-benar perlu (mis. Barrett’s berisiko tinggi, profilaksis perdarahan tertentu).
- Nutrisi & gaya hidup
- Makan porsi kecil–sering, kunyah perlahan.
- Protein tetap, tapi sebar merata dalam porsi kecil; hindari makan sangat besar/terlambat malam.
- Kebersihan makanan (hindari makanan mentah yang berpotensi terkontaminasi) karena “barrier” asam melemah.
- Pantau & koreksi defisiensi besi/B12 (+ vitamin lain sesuai hasil).
- SIBO/infeksi Bila gejala konsisten & terkonfirmasi, tata laksana sesuai panduan (mis. rifaximin untuk SIBO terpilih) + koreksi faktor pencetus.
- “Acid replacement”? Suplemen betaine HCl/cuka sari apel tidak direkomendasikan rutin; bukti klinis kuat kurang dan berisiko iritasi/ulkus, apalagi bila pasien juga punya GERD/erosif. Pertimbangkan hanya bila indikasi jelas & diawasi dokter.
Apa Bedanya dengan Aklorhidria?
- Hipoklorhidria = asam rendah.
- Aklorhidria = hampir tidak ada asam (pH sangat tinggi). Aklorhidria lebih sering pada gastritis autoimun berat/atrofi luas dan membawa konsekuensi nutrisi lebih menonjol (B12, besi) serta risiko hiperplasia sel ECL/karsinoid tipe I (pada achlorhydria kronis).
FAQ
1) Mengapa saya merasa “heartburn” padahal asam rendah?
Perlambatan pengosongan dan gas/fermentasi bisa menekan katup esofagus bawah sehingga terasa “naik”. Jadi sensasi “terbakar” tidak selalu berarti asam tinggi.
2) Apakah semua pengguna PPI mengalami hipoklorhidria berbahaya?
Tidak. PPI aman & efektif jika indikasi tepat. Risiko (infeksi, defisiensi) terutama pada pemakaian lama tanpa indikasi kuat atau pasien berisiko. Diskusikan step-down hanya bila aman.
3) Tanda saya kekurangan B12/Fe karena asam rendah?
Lemas, pucat, kesemutan, lidah nyeri/glossitis, pusing. Periksa darah lengkap, feritin, B12 (± MMA/homosistein) untuk konfirmasi.
4) Apakah probiotik perlu?
Pada sebagian kasus (mis. diare terkait antibiotik, SIBO tertentu), probiotik dapat membantu—namun pilih strain & durasi berdasarkan saran klinis, karena bukti tidak seragam.
5) Bagaimana dengan cuka/air lemon sebelum makan?
Tidak dianjurkan rutin: asam kuat bisa mengiritasi mukosa dan memperparah GERD. Fokus pada atasi penyebab, porsi kecil, dan kaji ulang obat.
6) Kapan harus endoskopi?
Bila ada alarm (berat badan turun, anemia, BAB hitam, muntah berulang, disfagia) atau usia >50–55 tahun dengan gejala persisten; juga pada kecurigaan atrofi/metaplasia.
Referensi Medis (ringkas & tepercaya)
- ACG Clinical Guideline – Dyspepsia (2022): peran H. pylori, indikasi endoskopi, uji coba PPI, dan penilaian red flags.
- Maastricht VI/Florence Consensus (2022): tata laksana H. pylori, dampak jangka panjang pada gastritis atrofi & risiko neoplasia.
- AGA Clinical Practice Update on Atrophic Gastritis & Autoimmune Gastritis (2020–2021): evaluasi, pemantauan B12/Fe, dan surveilans.
- AGA/ACG Best Practice Advice on Long-term PPI: kapan melanjutkan, step-down, dan mitigasi risiko.
- Sleisenger & Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease; Guyton & Hall Textbook of Medical Physiology: fisiologi sekresi asam (gastrin–histamin–ACh), peran pepsin & pH.
- UpToDate/BMJ Best Practice: Hypochlorhydria and achlorhydria; Autoimmune gastritis; H. pylori gastritis; Small intestinal bacterial overgrowth.
Catatan: Artikel ini untuk edukasi. Jika Anda curiga hipoklorhidria—terutama bila muncul anemia, kesemutan, atau berat badan turun—temui dokter untuk evaluasi yang terarah (tes darah, H. pylori, endoskopi bila perlu) dan rencana terapi yang menangani penyebab, bukan sekadar menetralkan gejala.
Ringkasnya
- Hipoklorhidria = produksi asam lambung rendah (pH intragastrik cenderung lebih tinggi dari normal). Bentuk ekstremnya disebut aklorhidria (nyaris tanpa asam).
- Asam lambung penting untuk mengaktifkan pepsin, membunuh kuman, dan membantu penyerapan zat besi, kalsium, dan vitamin B12 dari makanan.
- Penyebab paling umum: gastritis atrofi (H. pylori), gastritis autoimun/pernisiosa, dan pemakaian obat penekan asam jangka panjang (terutama PPI) bila indikasinya tidak tepat.
- Keluhan yang sering: mudah kembung, cepat kenyang, “begah”, gas, kadang refluks/heartburn yang “paradoks” (karena lambung kosong lebih lambat), defisiensi besi/B12, hingga risiko infeksi saluran cerna tertentu.
- Penanganan utama: cari & atasi penyebab, tata nutrisi, dan monitor defisiensi—bukan sekadar “menambah asam” sembarang.