
Penyakit Whipple adalah infeksi multisistem yang sangat jarang, disebabkan bakteri Tropheryma whipplei. Target utama adalah usus halus (jejunum–duodenum) sehingga menimbulkan malabsorbsi (berat badan turun, diare kronis, defisiensi nutrisi). Namun bakteri ini juga dapat menyerang sendi, jantung, otak, mata, dan kelenjar getah bening, membuat gambaran klinisnya “seribu wajah”.
Di Indonesia, keluhan “maag” biasanya merujuk pada dispepsia (nyeri/ketidaknyamanan ulu hati) atau gastritis/GERD. Penting dipahami: Penyakit Whipple bukan penyakit asam lambung, tetapi dapat meniru keluhan dispepsia (perut atas tidak nyaman, mual), sehingga mudah terlewat bila hanya diberi terapi lambung standar.
Ringkasnya
- Agen penyebab: T. whipplei (bakteri Gram-positif, aktinomiset).
- Kelompok risiko: pria paruh baya, riwayat pajanan tanah/limbah; ada predisposisi imun tertentu.
- Kata kunci gejala: diare kronis + penurunan BB + nyeri/peradangan sendi; dapat disertai anemia, hiperpigmentasi kulit, gangguan jantung/neurologis.
- Diagnosis: biopsi duodenum/jejunum → makrofag PAS-positif + PCR T. whipplei.
- Terapi: antibiotik jangka panjang (induksi intravena, dilanjutkan oral 12 bulan atau lebih).
- Tanpa terapi, penyakit bisa fatal karena malnutrisi dan keterlibatan organ vital.
Mengapa Whipple Bisa Terkait “Maag”?
Walau sumber masalah utama ada di usus halus, keluhan awal bisa berupa:
- Rasa penuh/nyeri tumpul di ulu hati, mual → menyerupai gastritis/dispepsia.
- Kembung dan cepat kenyang akibat malabsorbsi dan dismotilitas.
Obat lambung (antasida, PPI) tidak menyembuhkan karena bukan gangguan asam. Jika “maag” berlangsung berbulan-bulan disertai: diare kronis, berat badan turun, nyeri sendi berpindah-pindah, atau bengkak tungkai (hipoalbuminemia) — dokter perlu mencari kemungkinan Whipple atau penyakit malabsorbsi lain (mis. celiac).
Gejala dan Keterlibatan Organ
- Gastrointestinal
- Diare kronis, steatorrhea, kram perut, kembung.
- Penurunan berat badan progresif, defisiensi besi/B12, edema karena hipoalbuminemia.
- Endoskopi: plak putih-kekuningan/mukosa granular di duodenum; histologi: makrofag foamy PAS-positif di lamina propria.
2. Muskuloskeletal
Artralgia/artritis migrasi, nyeri sendi sebelum gejala usus muncul (bulan–tahun).
3. Kardiovaskular
Endokarditis kultur-negatif, perikarditis—penting bila ada demam of unknown origin.
4.Neurologis & okular (menentukan prognosa)
Kognitif menurun, gangguan gerak mata (oftalmoplegia), ataksia, mioklonus, gangguan penglihatan.
5. Lainnya
Hiperpigmentasi kulit, limfadenopati, demam ringan.
Patogenesis Singkat
T. whipplei diduga masuk melalui saluran cerna, kemudian menginfeksi makrofag dan bertahan akibat kelainan respons imun seluler pada sebagian orang. Hasilnya adalah akumulasi makrofag berisi bakteri (PAS-positif) di dinding usus → kerusakan vili → malabsorbsi. Penyebaran hematogen menjelaskan keterlibatan organ lain (sendi, jantung, SSP).
Diagnosis: Langkah Bertahap
- Kecurigaan klinis: diare kronis + penurunan BB + artralgia.
- Laboratorium: anemia normositik/mikrositik, hipoalbuminemia, kekurangan vitamin larut lemak.
- Endoskopi & biopsi duodenum/jejunum
- Histokimia PAS: makrofag berbusa yang menumpuk di lamina propria.
- PCR T. whipplei pada jaringan (dan/atau cairan serebrospinal bila ada gejala neurologis) untuk konfirmasi.
4. Diferensial diagnosis: celiac disease, TB usus/MAC, Crohn, limfoma usus, giardiasis.
Catatan: Sebagian orang sehat bisa menjadi carrier T. whipplei di saliva/tinja. Karena itu, PCR pada feses saja tidak cukup—biopsi dan korelasi klinis tetap kunci.
Terapi: Harus Lama & Tuntas
Tujuan pengobatan adalah eradikasi bakteri pada jaringan, termasuk barier darah-otak untuk mencegah relaps neurologis. Rejimen yang sering dipakai:
- Induksi intravena: Ceftriaxone 2 g IV sekali sehari 14 hari atau penicillin G plus streptomycin, diikuti:
- Terapi oral jangka panjang: Trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) DS 160/800 mg 2×/hari 12 bulan. Alternatif pada alergi/relaps: doxycycline 100 mg 2×/hari + hydroxychloroquine 200 mg 3×/hari selama 12–18 bulan.
Pemantauan
- Perbaikan klinis GI biasanya cepat (minggu); artralgia dan gejala SSP lebih lambat.
- Evaluasi kambuh (rekurensi gejala, terutama neurologis) → segera ulang biopsi/PCR.
- Koreksi defisiensi nutrisi (besi, folat, B12, vitamin D, K), dukungan diet tinggi kalori/protein.
Jarisch–Herxheimer-like reaction (demam, menggigil) dapat terjadi pada awal antibiotik; biasanya self-limited.
Prognosis
Tanpa terapi, penyakit progresif dan berakibat fatal. Dengan regimen antibiotik yang adekuat, angka kesembuhan tinggi, tetapi relaps masih bisa terjadi, terutama CNS-relapse. Oleh karena itu durasi cukup dan follow-up jangka panjang sangat penting.
Apa yang Perlu Diingat Pasien “Maag”?
- Whipple bukan penyakit asam lambung; PPI/antasida tidak mengobati penyebab.
- Curigai penyakit malabsorbsi (termasuk Whipple) bila “maag/dispepsia” disertai diare kronis, penurunan BB, bengkak kaki (hipoalbuminemia), dan nyeri sendi migrasi.
Kapan Harus ke Dokter?
- Diare >4 minggu, berat badan turun, atau keluhan “maag” tidak membaik walau sudah terapi standar.
- Nyeri sendi berpindah-pindah disertai gejala pencernaan.
- Gejala neurologis/visual yang tidak jelas penyebabnya.
FAQ
1) Apakah Whipple menular?
Penularan antarmanusia belum terbukti jelas. T. whipplei dapat ditemukan pada lingkungan/feses beberapa orang sehat, tetapi hanya sebagian kecil yang sakit karena faktor kerentanan imun.
2) Apakah Whipple sama dengan celiac disease?
Tidak. Keduanya menyebabkan malabsorbsi, tetapi etiologi dan terapi berbeda. Celiac diatasi diet bebas gluten; Whipple perlu antibiotik jangka panjang.
3) Apakah Whipple bisa menyebabkan “maag” atau tukak?
Whipple tidak menyebabkan tukak asam. Namun keluhannya bisa menyerupai dispepsia. Hubungannya dengan “maag” lebih ke tumpang tindih gejala, bukan penyebab langsung.
4) Berapa lama minum antibiotik?
Umumnya ≥12 bulan setelah fase induksi IV. Durasi ini dibutuhkan agar jaringan & SSP benar-benar bebas bakteri.
5) Apakah bisa kambuh?
Bisa, terutama bila terapi tidak tuntas atau ada keterlibatan SSP. Kontrol berkala dan evaluasi ulang jika gejala muncul lagi.
6) Perlukah keluarga diperiksa?
Tidak rutin. Fokus pada keteraturan kontrol dan nutrisi pasien.
Referensi Medis (pilihan)
Marth LR, Strober W. Whipple’s Disease. N Engl J Med. 2007;356:55–66.
Dolmans RAV, et al. Whipple’s disease. Lancet Infect Dis. 2017;17:e382–e392.
Fenollar F, Raoult D. Whipple’s disease. Clin Microbiol Rev. 2001;14:561–583; dan pembaruan Raoult D, Fenollar F. Clin Microbiol Rev. 2010.
Schneider T, et al. Diagnosis and Treatment of Whipple Disease. Mayo Clin Proc. 2008;83:1114–1120.
Koehler J, et al. CNS involvement in Whipple’s disease—diagnosis and treatment. J Neurol. 2008.
Catatan: Nama jurnal & tahun dipilih dari telaah klasik dan ulasan besar yang masih menjadi rujukan praktik klinis hingga kini.
Intinya
Penyakit Whipple adalah infeksi langka T. whipplei yang utama menyerang usus halus tetapi bisa ke mana-mana. Ia bukan penyakit asam lambung, tetapi dapat meniru “maag”. Kuncinya adalah kecurigaan klinis saat dispepsia disertai diare kronis, penurunan berat badan, dan nyeri sendi. Biopsi + PCR menegakkan diagnosis; antibiotik jangka panjang menyelamatkan nyawa dan mencegah relaps.