
idak ada angka pasti karena “penyakit lambung” mencakup puluhan entitas—dari peradangan, luka (ulkus), infeksi, gangguan motilitas, kelainan pembuluh darah, hingga tumor jinak/ganas. Dalam praktik klinis, dokter mengelompokkannya agar penilaian dan terapinya lebih terarah.
Di layanan sehari-hari, 5 besar yang paling sering ditemui ialah gastritis/gastropati, infeksi Helicobacter pylori, ulkus peptikum (lambung/duodenum), dispepsia fungsional, dan keluhan refluks (GERD) yang walau duduk perkaranya di kerongkongan, sangat dipengaruhi produksi asam lambung. Di bawah ini peta “jenis-jenis” penyakit lambung—bukan daftar lengkap absolut, tetapi kerangka yang ringkas, klinis, dan mudah diingat.
Peta besar penyakit lambung (9 rumpun utama)
1) Peradangan mukosa (gastritis) & gastropati
- Gastritis akut: pemicu OAINS/NSAID, alkohol, stres kritis (pasien ICU), bahan korosif; dapat menimbulkan erosi & perdarahan.
- Gastritis kronik: paling sering H. pylori (radang menetap → risiko tukak & prakanker), autoimun (menyerang sel parietal → asam rendah, defisiensi B12/Fe, risiko gNET tipe I), bile reflux, eosinofilik/limfositik (jarang).
- Gastropati: kerusakan permukaan tanpa radang seluler dominan (mis. OAINS, alkohol). Gejala: perih ulu hati, mual, cepat kenyang; bisa perdarahan. Uji kunci: endoskopi + biopsi; tes H. pylori. Terapi: eradikasi H. pylori (bila positif), hentikan OAINS, PPI/pelindung mukosa sesuai indikasi, tata laksana pemicu.
2) Penyakit ulseratif (ulkus peptikum)
- Ulkus lambung & ulkus duodenum (defek mukosa menembus >muscularis mucosae).
- Penyebab utama: H. pylori dan/atau OAINS; lebih jarang hipersekresi asam (mis. Zollinger–Ellison). Gejala klasik: nyeri ulu hati berpola dengan makan (lambung: cepat sesudah makan; duodenum: 2–3 jam/malam hari), mual, bisa muntah. Komplikasi: perdarahan, perforasi, sumbatan keluaran lambung. Terapi: PPI 4–8 minggu, eradikasi H. pylori, hentikan OAINS; endoskopi untuk alarm/komplikasi.
3) Infeksi lambung
- Helicobacter pylori (paling penting; memicu gastritis kronik, ulkus, MALT lymphoma, dan risiko kanker lambung).
- Infeksi oportunistik pada imunokompromais: CMV, Candida, TB lambung (jarang). Uji: napas urea/antigen tinja atau biopsi. Terapi: regimen eradikasi 14 hari sesuai pedoman; test-of-cure wajib.
4) Gangguan motilitas & fungsional
- Gastroparesis (lambung “lambat kosong”), sering terkait diabetes/pascaoperasi; gejala: cepat kenyang, mual, muntah, kembung.
- Dispepsia fungsional (keluhan seperti gastritis/ulkus, tetapi tanpa kelainan struktural pada endoskopi).
- Gastric outlet obstruction (sumbatan pilorus) karena inflamasi/kanker/ulkus parut. Terapi: diet tekstur lunak, prokinetik/obat target, atasi penyebab.
5) Kelainan pembuluh darah & perdarahan
- Varises lambung (akibat hipertensi portal),
- GAVE (gastric antral vascular ectasia/“watermelon stomach”),
- Lesi Dieulafoy (arteriola permukaan yang mudah pecah). Presentasi: anemia, melena, hematemesis; perlu endoskopi terapeutik.
6) Tumor jinak & polip
- Polip fundik (FGP)—sering terkait PPI jangka panjang, umumnya jinak;
- Polip hiperplastik—sering pada gastritis kronik/H. pylori; risiko ganas kecil tapi ada;
- Adenoma—lesi prakanker;
- Leiomioma, inflammatory fibroid polyp, dan hamartomatous (sindrom poliposis). Terapi: eradikasi H. pylori (hiperplastik), reseksi endoskopik selektif (adenoma/hiperplastik >10 mm), tindak lanjut terarah.
7) Tumor ganas
- Adenokarsinoma lambung (terkait gastritis atrofi/IM, H. pylori, faktor genetik/diet).
- Lymphoma MALT (sering membaik setelah eradikasi H. pylori dini).
- GIST (tumor mesenkimal, KIT/PDGFRA mutasi) & gNET (neuroendokrin) tipe I–III. Deteksi & terapi: endoskopi+biopsi, staging, pembedahan/kemoterapi/terapi target, surveilans.
8) Kelainan struktural lainnya
- Bezoar (gumpalan makanan/obat), gastric volvulus, hernia hiatus (bagian atas lambung naik ke dada → memperparah refluks). Terapi: endoskopi, obat pelarut/prokinetik, atau operasi sesuai kasus.
9) Kondisi pascaoperasi & bariatrik
- Dumping syndrome, marginal ulcer pasca gastric bypass, bile reflux berat pasca gastrektomi. Terapi: diet fraksional, obat, sampai revisi bedah bila perlu.
Kesimpulan jumlah: jika dihitung detail per entitas, jumlahnya puluhan. Untuk memudahkan, ingat 9 rumpun di atas; itulah “peta jalan” dokter saat menilai keluhan lambung.
Gejala yang perlu Anda kenali
- Umum: perih ulu hati, rasa panas, kembung, cepat kenyang, mual/muntah, penurunan nafsu makan.
- Alarm/merah (butuh endoskopi/penilaian cepat): muntah darah, BAB hitam, berat badan turun, anemia, nyeri hebat mendadak, disfagia.
Bagaimana dokter menegakkan diagnosis?
- Wawancara & pemeriksaan fisik (pola nyeri, obat rutin, alkohol/rokok, komorbid).
- Tes H. pylori (napas/antigen tinja atau biopsi).
- Endoskopi bila ada alarm, usia risiko, perdarahan, atau gejala menetap/refrakter—bisa sekaligus biopsi untuk menilai gastritis, metaplasia, polip/ulkus, dan kanker.
- Tes tambahan sesuai kecurigaan (fungsi darah untuk anemia, HbA1c pada gastroparesis, CT bila curiga komplikasi, manometri/gastric scintigraphy untuk motilitas).
Garis besar penanganan
- Tangani penyebab: eradikasi H. pylori, evaluasi & hentikan OAINS bila mungkin, koreksi alkohol/rokok.
- Obat gejala/penyembuhan: PPI/H2-blocker, pelindung mukosa (sukralfat), prokinetik pada motilitas lambat, antibiotik bila infeksi oportunistik.
- Endoskopi terapeutik untuk perdarahan polip/lesi vaskular; reseksi untuk polip/adenoma; operasi/terapi onkologi untuk tumor ganas atau komplikasi.
- Gaya hidup: porsi kecil-sering, jeda makan–tidur 3 jam, kepala ranjang ditinggikan (refluks), manajemen berat badan, kebersihan makanan & gigi-mulut.
FAQ
1) “Maag” itu sama dengan gastritis?
Di masyarakat, “maag” = semua keluhan ulu hati. Secara medis, gastritis adalah peradangan mukosa; keluhan mirip dispepsia (fungsional), ulkus, atau bahkan GERD yang utamanya di kerongkongan. Karena itu evaluasi terarah penting.
2) Apakah GERD termasuk penyakit lambung?
Sumber asam dari lambung, tetapi kerusakan utamanya terjadi di esofagus. Tetap dibahas bersama keluhan lambung karena penanganan gaya hidup/obat sering tumpang tindih.
3) Benarkah stres menyebabkan luka lambung?
Stres memperberat gejala dan pada sakit kritis bisa menimbulkan stress-related mucosal disease. Namun penyebab ulkus tersering tetap H. pylori dan OAINS.
4) Kapan saya harus endoskopi?
Jika ada tanda bahaya (perdarahan, anemia, turun berat badan, disfagia, muntah berulang), usia risiko, atau gejala tak membaik 4–8 minggu meski terapi awal sudah optimal.
5) Bisakah penyakit lambung sembuh?
Banyak yang bisa dikendalikan atau sembuh dengan menarget penyebab (eradikasi H. pylori, hentikan OAINS), obat yang tepat, dan perubahan gaya hidup. Kondisi tertentu (autoimun, pascaoperasi, kanker) memerlukan pemantauan jangka panjang.
Kesimpulan
Alih-alih menanyakan “persis ada berapa”, lebih bermanfaat memahami peta 9 rumpun penyakit lambung. Pendekatan ini memandu penyaringan gejala, pemilihan tes (terutama H. pylori dan endoskopi pada indikasi), serta terapi yang menarget akar masalah. Bila Anda mengalami tanda bahaya atau keluhan menetap, lakukan evaluasi medis—karena di balik keluhan “maag”, bisa tersembunyi kondisi yang butuh penanganan berbeda (ulkus, polip, bahkan kanker) dan justru semakin mudah diatasi bila terdeteksi dini.